Minggu, 05 Oktober 2014

Cara Kerja Kontrol Level Tangki Air

Model Pengaturan Level Air

Ada dua model kontrol level yang banyak digunakan. Yang pertama adalah menggunakan ball-floater dan yang kedua menggunakan level switch.
Model Bola Pelampung
Kontrol Level Model Ball-Floater
Model ball-floater berbentuk bola pelampung yang mengatur buka-tutup air sesuai dengan level air dalam toren. Sistem ini murni mekanis. Saat level air dalam toren turun mencapai level low dari ball-floater, maka alat ini secara mekanis akan membuka aliran air untuk pengisian. Bila level air sudah mencapai level high dari ball-floater, maka aliran air akan ditutup secara mekanis juga. Jadi sistem kerjanya adalah keran yang bisa buka-tutup secara otomatis. Kelemahan model ini adalah mudah bocor pada bagian keran tersebut, karena dia juga harus bisa menahan tekanan air dalam pipa yang keluar dari mesin pompa air.
Model ball-floater tidak berhubungan langsung dengan mesin pompa air. Start-stop mesin pompa air terjadi karena faktor tekanan air dalam pipa yang sudah cukup tinggi disebabkan aliran air ditutup oleh keran ball-floater.
Level Control Switch
Tangki Air dengan Level Control Switch
Sedangkan model Level Switch menggunakan kontak relay yang bersifat elektrik, dan ada juga yang menyebutnya liquid level relay. Nama yang lebih familiar di beberapa tempat untuk model ini adalah “Radar”. Sebetulnya ini adalah nama merk. Jadi seperti kita menyebut “Kodak” untuk kamera atau “Odol” untuk pasta gigi.
Hampir mirip dengan model ball-floater, hanya saja bola pelampungnya diganti dengan 2 buah “sinker” (pemberat) yang dipasang menggantung dalam satu tali. Kemudian sistem pengaturannya menggunakan kontak relay yang dihubungkan dengan mesin pompa air melalui kabel listrik. Saat level air di toren rendah maka mesin air akan start dan kemudian stop bila levelnya sudah tinggi, sesuai dengan setting posisi dari dua buah sinker tersebut. Sistem ini relatif lebih handal dalam menghindari kebocoran seperti pada model ball-floater, karena mesin pompa air bisa dimatikan secara langsung. Untuk lebih jelasnya mengenai model ini, silahkan dilanjut.

Cara kerja Level Control Switch

Level Control Switch
Seperti gambar ini, sistem level switch mempunyai cara kerja yang cukup sederhana. Saat air mencapai setengah dari pemberat yang bawah (level low) maka dua pemberat (sinker) akan menggantung dimana total beratnya akan mampu menarik switch yang ada pada switch body di bagian atas. Switch yang tertarik pemberat akan membuat kontak relay menjadi close dan arus listrik akan mengalir melalui kabel ke mesin pompa air yang kemudian start dan mengisi air ke dalam toren hingga mencapai level high.
Saat air mendekati level high, maka pemberat bagian bawah akan mengambang dan saat level air mencapai setengah dari pemberat bagian atas maka level switch akan kembali ke posisi awal (dengan bantuan pegas yang ada dalam switch body) sehingga kontak relay akan menjadi open dan arus listrik terputus sehingga mesin pompa air stop secara otomatis.
Batas level high dan level low dalam toren ini dapat di-setting sesuai keinginan, dengan mengatur ketinggian dari dua pemberat ini. Cukup dengan mengatur panjang talinya dan kemudian dikencangkan kembali ikatannya.
Jika setting level low-nya dinaikkan (pemberat bagian bawah posisnya lebih naik), maka volume air dalam toren akan masih tersisa banyak sesaat sebelum air diisikan kembali. Begitu pula jika setting level high-nya dinaikkan (dengan menaikkan lagi posisi pemberat bagian atas), maka volume air akan bisa mendekati maksimum kapasitas yang bisa ditampung dalam toren sesaat setelah mesin air dimatikan.
Hanya perlu diperhatikan, bila jarak antara kedua pemberat sangat pendek (sehingga jarak level low dan high berdekatan) maka akibatnya interval pengisian air akan lebih singkat sehingga mesin pompa air akan semakin sering start-stop. Apalagi jika toren yang digunakan memiliki kapasitas kecil, misalnya 250 liter. Ingat, start mesin pompa air akan menyerap daya listrik yang cukup besar. (lihat artikel : “Apa dampaknya bila mesin pompa air sering start stop dalam interval yang singkat?”). Karena itu setting pemberat ini lebih disesuaikan pada kebutuhan dengan pertimbangan aspek volume cadangan air dalam toren dan penghematan daya listrik.

Bagian-bagian Level Control Switch


Bagian Level Control Switch
Bagian-bagian dari Level Control Switch

Gambar diatas diambil dari manual sheet Liquid Level Relay merk “Radar” (hanya sebagai contoh saja). Sedangkan pada umumnya untuk merk lain juga mempunyai bagian-bagian yang sama.
Bagian yang terpasang di sebelah dalam toren adalah dua buah sinker dan L shape bracket. Sedangkan switch body dan water proof cover dipasang pada bagian luar. Perlu diperhatikan pemasangan water proof cover ini harus benar-benar baik, karena letaknya yang ada dibagian luar akan terkena panas dan hujan (toren biasanya dipasang diluar), sedangkan di dalamnya terdapat terminal kabel listrik dari kontak relay.
Pada switch body, terdapat dua pasang terminal untuk kabel listrik yaitu terminal A1-A2 dan B1-B2. Dua pasang terminal ini merupakan dua macam kontak relay yang mempunyai fungsi berkebalikan. Untuk keperluan yang paling umum gunakan terminal A1-A2, karena fungsi ini yang sesuai dengan cara kerja level switch seperti dijelaskan pada bagian sebelumnya. Selain itu pihak pabrik pembuat biasanya mempermudah konsumen dengan memberikan tanda dengan hanya memasang 2 buah baut saja pada terminal A1-A2.
Penjelasan mengenai dua pasang terminal ini adalah sebagai berikut :
Kontak Relay Level Control Switch
Dua Macam Kontak Relay Level Control Switch
Pada saat air mencapai level low, maka dua pemberat tadi akan menarik level switch kearah bawah dan kontak relay A1-A2 akan terhubung, sedangkan kontak relay B1-B2 akan terputus. Karena itu listrik akan mengalir dan mesin pompa air akan start.
Saat air mencapai level high, maka dua pemberat tadi akan mulai mengambang dan level switch akan kembali ke posisi semula dengan bantuan pegas. Akibatnya kontak relay A1-A2 akan terputus dan sebaliknya kontak relay B1-B2 akan terhubung. Sehingga aliran listrik akan terputus dan mesin pompa air akan mati.
Ini sifatnya nice to know saja, di dunia instrumentasi, kontak A1-A2 dinamakan Normally Open (NO) dan kontak B1-B2 dinamakan Normally Close (NC). Kalau mau lebih jelas bisa bertanya kepada bro Teknisi Instrument yang memang pakarnya mengenai kontak NO dan NC ini.

Koneksi Kabel Rangkaian Level Switch Relay

Cara Kerja Level Switch Relay & Kontak Relay

Sebagai pendahuluan, kita ulas lagi mengenai cara kerja level switch dan kontak relay-nya, yang telah dibahas pada artikel sebelumnya.
Level Control Switch
Tangki Air dengan Level Control Switch
Saat air mencapai level low maka dua pemberat (sinker) akan menggantung. Saat level air mencapai setengah dari pemberat yang bawah, total berat keduanya akan mampu menarik switch yang ada pada switch body di bagian atas. Switch yang tertarik pemberat secara mekanis akan membuat kontak relay menjadi “close” dan arus listrik akan mengalir melalui kabel dari sumber listrik (biasanya berasal dari colokan listrik rumah) ke mesin pompa air untuk mulai start dan mengisi air ke dalam toren hingga mencapai level high.
Saat air mencapai level high, maka pemberat bagian bawah akan mengambang dan saat level air mencapai setengah dari pemberat bagian atas maka level switch akan kembali ke posisi awal (dengan bantuan pegas yang ada dalam switch body) sehingga kontak relay akan menjadi “open” dan arus listrik terputus sehingga mesin pompa air mati secara otomatis.
Pihak pembuat level switch ini menyediakan 2 macam kontak relay yang bisa digunakan sesuai kebutuhan. Bisa dilihat pada bagian dalam level switch ada 2 pasang terminal yaitu A1-A2 dan B1-B2. Dua pasang terminal ini mempunyai fungsi berkebalikan.
Untuk keperluan yang umum seperti di perumahan, gunakan terminal A1-A2. Agar lebih mudah dikenali, pihak pabrik pembuat biasanya memasang 2 buah baut pada terminal A1-A2.
Fungsi dari masing-masing terminal ini adalah sebagai berikut :
Kontak Relay Level Control Switch
Dua Macam Kontak Relay Level Control Switch
Pada saat air mencapai level low, maka dua pemberat tadi akan menarik level switch kearah bawah dan kontak relay A1-A2 akan terhubung, sedangkan kontak relay B1-B2 akan terputus. Karena rangkaian listriknya disambungkan dengan terminal A1-A2, maka listrik akan mengalir dan mesin pompa air akan start.
Saat air mencapai level high, maka dua pemberat tadi akan mulai mengambang dan level switch akan kembali ke posisi semula dengan bantuan pegas. Akibatnya kontak relay A1-A2 akan terputus dan sebaliknya kontak relay B1-B2 akan terhubung. Sehingga aliran listrik yang tersambung di terminal A1-A2 akan terputus dan mesin pompa air akan mati.

Model koneksi rangkaian Level Switch Relay

Kabel Rangkaian Level Switch Relay
Koneksi Kabel Rangkaian Level Switch Relay
Rangkaian koneksi yang paling umum digunakan dalam perumahan adalah seperti gambar diatas. Agar dapat berfungsi sebagai switch yang menyalakan dan mematikan mesin pompa air, maka level switch relay dihubungkan dengan memotong jalur phase dari sumber listrik (biasanya menggunakan stop kontak) yang menuju ke mesin pompa air. Detailnya bisa lihat gambar diatas. Kecuali colokan listrik dilepas alias tidak ada suplai listrik, maka mesin pompa air akan “ON” dan “OFF” secara otomatis dengan kontrol dari level switch relay.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan rangkaian listriknya :
1. Gunakan ukuran kabel yang sama pada seluruh rangkaian, mulai dari sumber listrik (stop kontak), level switch di toren sampai ke mesin pompa air. Minimal gunakan kabel berukuran 1.5mm2 yang mempunyai Kuat Hantar Arus (KHA) diatas 16A (dikurangi faktor derating kabel yang kira-kira 0.7 maka KHA menjadi 11.2A). Sebagai contoh, mesin pompa air 250W akan mempunyai arus listrik sebesar 250W/220V = 1.14A.
2. Usahakan titik sumber listriknya (atau stop kontak) berada sedekat mungkin dengan posisi level switch pada toren dan juga mesin pompa air. Ini akan berhubungan dengan panjang kabel yang digunakan, seperti yang telah dijelaskan diatas.
3. Pastikan koneksi kabel pada titik-titik sambungan tidak kendur atau gampang lepas. Bila tidak yakin dengan sambungan yang dipuntir sendiri, bisa menggunakan terminal block atau bisa juga menggunakan lasdop. Terminal Block yang materialnya dari plastik banyak dijual di toko listrik, biasanya 1 batang terdiri dari 10 titik sambungan. Terminal block bisa dipotong sesuai keperluan. Sedangkan untuk lasdop tersedia sesuai dengan ukuran kabel. Cara pemakaian lasdop cukup mudah, tinggal masukkan kabel yang akan disambung dan puntir didalam lasdop. Dan apapun cara penyambungannya, sebaiknya ditambahkan isolasi listrik pada sambungan tersebut untuk mencegah kesetrum atau kemasukkan air.
Terminal Block & Lasdop
Contoh Terminal Block (kiri) dan Lasdop (kanan)
4. Pastikan juga koneksi kabel pada baut di titik terminal relay level switch cukup baik pemasangannya. Koneksi yang kendor akan mengakibatkan panas yang berlebihan dan akhirnya meleleh.
5. Pemasangan cover water proof harus cukup rapat untuk mencegah air masuk ke dalam terminal relay. Bila perlu tambahkan dengan cover plastic yang menutupi seluruh level switch.
Kontak relay pada level switch biasanya punya kapasitas maksimum arus listrik sebesar 7.5A pada tegangan listrik 220V. Sedangkan pada umumnya, mesin pompa air jenis jet pump menyerap daya listrik antara 250W – 400W, atau antara 1.14A – 1.82A. Jadi masih tergolong aman untuk mengalir melewati relay level switch.

Sabtu, 04 Oktober 2014

Daya Listrik PLN : 1300Watt atau 1300VA?


Salah satu hal yang menarik untuk dibahas adalah pengertian mengenai daya listrik PLN. Ada beberapa pertanyaan seperti ini : “Listrik PLN di rumah saya 1300Watt, mengapa…dst”. Dan selalu kita koreksi dengan 1300VA. Perbedaannya adalah satuan VA dan Watt. Apa perbedaannya dan mengapa digunakan satuan VA?
Pembahasannya kita mulai dari teori dasar listrik mengenai daya. Daya listrik merupakan jumlah energi yang digunakan untuk melakukan kerja atau usaha. Dalam sistem listrik arus bolak-balik, dikenal adanya 3 jenis daya yaitu :
1. Daya Nyata (simbol : S; satuan : VA (Volt Ampere))
2. Daya Aktif (symbol : P; satuan : W (Watt))
3. Daya Reaktif (symbol : Q; satuan : VAR (Volt Ampere Reaktif))
Daya Aktif adalah daya yang digunakan untuk energi kerja sebenarnya. Daya inilah yang dikonversikan menjadi energi tenaga (mekanik), cahaya atau panas. Satuan daya aktif adalah Watt.
Daya Reaktif adalah daya yang digunakan untuk pembangkitan fluks magnetik atau medan magnet. Satuannya adalah VAR. Contoh peralatan listrik yang memerlukan daya reaktif adalah motor listrik atau dinamo, trafo, ballast lampu yang konvensional dan peralatan listrik lain yang menggunakan proses induksi listrik lilitan untuk operasinya.
Daya Nyata dengan satuan VA adalah total perkalian antara arus dan tegangan pada suatu jaringan listrik atau penjumlahan dengan metode trigonometri dari daya aktif dan reaktif dalam segitiga daya.
Hubungan antara ketiga jenis daya ini digambarkan dalam segitiga daya.
Segitiga Daya Listrik
Gambar Segitiga Daya Listrik


Sekarang kita lihat rumus yang menghubungkan ketiga daya tersebut . Rumus untuk daya nyata adalah perkalian antara arus dan tegangan, yaitu :

S=V.I

Dimana :
S = Daya Nyata (VA)
V = Voltage / Tegangan (Volt)
I = Arus (Ampere)
Sedangkan hubungan antara daya nyata dan daya aktif dapat dihitung dengan rumus trigonometri sebagai berikut:

Cos φ=P/S

P=S x Cosφ

P=V x I x Cos φ

Dimana :
P = Daya Aktif (Watt)
S = Daya Nyata (VA)
Dengan rumus segitiga phytagoras dapat juga dituliskan :

S=√(P^2+Q^2 )

Cos ϕ adalah perbandingan antara daya aktif (P) dan daya nyata (S) dan dikenal dengan faktor daya listrik (PF : Power Factor). Nilai Cos ϕ yang digunakan PLN adalah sebesar 0.8.
Itu teori listriknya, bagaimana dengan aplikasinya untuk instalasi listrik perumahan?
Daya nyata (S) dengan satuan VA digunakan untuk perhitungan besarnya daya listrik terpasang dari PLN di rumah pelanggan. Hal ini karena PLN hanya memasang MCB sebagai pembatas daya listrik pada kWh-meter. Contohnya pada suatu rumah dipasang MCB 6A dengan tegangan 220V maka daya terpasang pelanggan tersebut adalah 6A x 220V = 1320VA atau dibulatkan 1300VA.
Daya listrik terpasang PLN yang lainnya (yang paling umum) adalah 450VA, 900VA, 2200VA, 3500VA, 4400VA.
Daya aktif (P) dengan satuan Watt digunakan untuk mengetahui berapa daya listrik yang bisa digunakan untuk peralatan listrik oleh konsumen. Dari rumus daya aktif diatas maka dari besarnya daya terpasang 1300VA tersebut bisa dihitung daya aktifnya.
Dengan Cos ϕ sebesar 0.8 maka dengan daya terpasang 1300VA, daya aktifnya (P) sebesar 6A x 220V x 0.8 = 1056 Watt.
Apa artinya 1300VA dan 1056Watt?
Setiap peralatan listrik di rumah sebenarnya hanya mencantumkan nilai daya listrik dalam Watt, yang merupakan daya aktif. contohnya mesin jetpump 150Watt, lampu TL 20Watt, AC 300Watt dan lain-lain. Bila semua peralatan listrik tersebut dipakai, maka total maksimum daya yang mampu disediakan hanya 1056Watt (bila rumah tersebut berlangganan listrik 1300VA).
Dalam nilai 1300VA (S) dan 1056Watt (P), terdapat daya reaktif (Q). Perhitungan secara trigometri, dengan faktor daya sebesar 0.8 akan menghasilkan nilai Q = 792VAR. Daya reaktif ini digunakan untuk pembangkitan medan magnet pada peralatan listrik yang bersifat induksi seperti mesin air, kipas angin, ballast lampu, AC dll.
Contoh, pada mesin air tertulis dayanya 150Watt, maka daya 150 Watt tersebut akan dikonversikan oleh motor listrik / dinamo mesin air menjadi tenaga. Untuk menghasilkan daya kerja 150Watt tersebut, mesin air akan menyerap daya nyata sebesar 150Watt/0.8 = 187,5VA. Daya reaktif sebesar 112.5VAR digunakan untuk pembangkitan medan magnet pada motor listrik.
Bagaimana perhitungan daya listrik oleh PLN?
Untuk pelanggan perumahan, hanya penggunaan daya aktif dalam satuan watt yang dihitung oleh PLN. Karena itu alat pengukurnya disebut kWh-meter (kiloWatt Hour meter). Besarnya daya reaktif tidak dihitung karena faktor daya untuk listrik perumahan masih ditoleransi dalam angka 0.8. Berbeda dengan listrik industry dimana terpasang kVARh-meter (Kilo-VAR hour meter) untuk menghitung besarnya pemakaian daya reaktif, dimana jika penggunaannya melebihi batas maka akan kena pinalti oleh PLN.
Apa pentingnya kita mengetahui perbedaan antara daya listrik dalam Watt dan VA?
Misalkan kita mempunyai peralatan listrik dengan total daya 1200Watt, maka besarnya daya listrik PLN tidak akan cukup dengan 1300VA (rating MCB 6A). Dengan faktor daya 0.8 maka akan didapat daya nyata sebesar 1200/0.8 = 1500VA. Sehingga daya listrik PLN yang terdekat adalah 2200VA (sesuai dengan rating MCB-nya yaitu 10A). Dari angka 2200VA maka selanjutnya kita bisa menentukan besarnya kapasitas instalasi listrik, terutama kabel listrik, minimal adalah 10A atau 2200VA.
Jadi satuan Watt lebih digunakan untuk menghitung besarnya penggunaan daya listrik pada peralatan dan satuan VA digunakan untuk menghitung kapasitas terpasang instalasi listrik, mulai dari MCB dan penghantarnya.
Tentunya masih ada lagi pertanyaan selanjutnya : Apakah angka faktor daya sebesar 0.8 bisa berubah? Dan apakah pengaruh daya reaktif bisa merugikan? Kita akan bahas pada artikel selanjutnya. Mudah-mudahan artikel yang singkat ini bisa mencerahkan dan bermanfaat.

Pengawatan Meter Prabayar dan Munculnya Tulisan “PERIKSA”


Bargainser tipe digital
Bargainser tipe digital yang dipasang di instalasi listrik rumah
Sejak artikel “Arde atau Grounding untuk Instalasi Listrik Rumah” dirilis, ternyata banyak pertanyaan yang muncul mengenai sambungan grounding pada kWh-meter. Hal pang paling sering ditanyakan berkisar seputar Meter PraBayar (MPB) atau Listrik PraBayar (LPB).
Dari survey kecil yang dilakukan, setidaknya ada dua hal besar yang sering ditanyakan :
1. Apakah kabel grounding perlu disambung pada meter prabayar atau tidak? Bagaimana seharusnya sambungan kabel atau pengawatan pada meter prabayar dan juga pada MCB Box.
2. Meter prabayar mengalami masalah dengan munculnya gambar “TANGAN” dan tulisan “PERIKSA” pada display-nya. Apa penyebabnya dan bagaimana mengatasinya?
Jika anda pernah mengalami hal ini dan belum tahu penyebabnya, atau sedang mempertimbangkan untuk melakukan migrasi ke meter prabayar, kami berharap semoga tulisan ini bisa bermanfaat dan mencerahkan.
Jadi sobat ILR…silahkan dilanjut..
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Stroom Listrik Prabayar yang mengijinkan untuk mengutip sebagian materinya sebagai bahan tulisan ini. Juga untuk diskusinya yang sangat mencerahkan yang sangat membantu kami melakukan analisa dengan lebih baik.

Karakteristik Meter Prabayar

Disini kita tidak membicarakan secara detail mengenai kelebihan dan kekurangan LPB dibanding dengan Listrik PascaBayar secara umum. Tunggu kesempatan berikutnya ya…
MPB mempunyai karakteristik yang sangat berbeda dengan kWh-meter model lama. Selain menggunakan teknologi digital (yang model lama berteknologi analog dan piringan berputar), dengan aplikasi mikroprosessor, MPB ini juga dilengkapi Contact Relay di dalam meter yang berfungsi memutuskan arus listrik. Jadi bisa saja listrik di rumah padam karena sesuatu masalah, tetapi MCB tidak trip.
Selain itu, MPB juga melakukan pengukuran pemakaian daya listrik dengan sensor arus listrik pada sisi kabel phase dan netral-nya. Arus phase yang masuk ke instalasi rumah harus sama dengan arus netral yang keluar. Jika terjadi perbedaan atau jika hanya salah satu penghantar saja (netral atau phase) yang mengalirkan arus listrik, maka MPB akan memunculkan alarm.
Seringkali munculnya alarm ini adalah karena cara pengawatan atau penyambungan kabel netral dan grounding pada MPB dan MCB Box yang tidak sesuai. Penyambungannya harus pada titik yang benar. Jika tidak, sangat besar kemungkinan terjadi aliran arus pada kabel netral yang melewati MPB bahkan disaat pelanggan tidak menggunakan energi listrik sama sekali di rumahnya. Akibatnya sensor arus netral akan mendeteksi seolah-olah ada pemakaian dan tentunya bisa merugikan konsumen.
Bila kasus ini terjadi, MPB akan memunculkan tulisan “PERIKSA” dan gambar “TANGAN”. Artinya ada masalah dengan grounding dan netral-nya pada sistem instalasi listrik di rumah tersebut.
Pertanyaannya : Kok bisa ya ada arus netral mengalir walaupun tidak ada pemakaian listrik sama-sekali?
Nah..kita simak penjelasan yang agak teoritis ini :
Sistem tegangan 3 phase dan 1 phase
Penjelasan sistem 3 phase dan 1 phase
PLN mempunyai Jaringan Tegangan Rendah (JTR) 380V yang disuplai oleh Trafo Distribusi 20kV/380V dengan sistem listrik 3 phase, yang menyebarkan daya listrik ke perumahan. Sisi tegangan rendah trafo (380V) yang menyuplai ke perumahan mempunyai sistem 3 phase yang terhubung bintang ( Y-connection) dengan titik netral yang di-ground-kan ke tanah. Bila beban listrik pada sistem 3 phase tadi seimbang maka titik netral ini mempunyai nilai nol Ampere.
Tetapi jika system 3 phase PLN itu (yang menyuplai ke perumahan) mengalami ketidakseimbangan beban listrik, maka akan ada arus listrik melewati penghantar netral (nilainya tidak 0 Ampere lagi). Arus netral inilah yang mengalir ke perumahan, kearah MPB dan melewati grounding dari instalasi listrik rumah untuk kembali lagi ke grounding titik netral di trafo distribusi tadi (arus listrik selalu membentuk loop tertutup).
Kalau masih dirasa njlimet, coba simak lagi penjelasan singkatnya :
Pada intinya, bila terjadi ketidakseimbangan beban listrik pada trafo distribusi yang menyuplai listrik ke rumah kita, maka akan terjadi arus netral yang masuk ke sistem instalasi rumah, walaupun tidak ada sama sekali pemakaian energi listrik di rumah itu. Arus netral tadi sebenarnya ingin mengalir menuju tanah melewati jalur grounding instalasi listrik rumah untuk kembali lagi ke titik netral di trafo distribusi tadi (sehingga membentuk loop).
Nah…kondisi ini yang harus dicermati agar arus netral yang menyelinap itu tidak sampai melewati MPB.
Jika masih bingung, harap terima aja dulu yah…atau silahkan baca dalam artikel selanjutnya yang lebih detail (“Sistem Listrik 3-Phase).
Jadi..Bagaimana menghindari hal ini?
Yah…setidaknya kita harus memahami cara pegawatan MPB yang benar dan di MCB Box. Mari…silahkan lanjut terus….

Pengawatan Meter Prabayar.

Pengawatan MPB yang benar harus seperti gambar dibawah ini. Warna hitam adalah penghantar phase, warna biru adalah penghantar netral dan warna hijau adalah penghantar grounding.
Meter Prabayar-1
Pengawatan MPB dengan Titik Ground pada MCB Box
Kabel Netral dan kabel grounding harus disambung di titik sebelum MPB dan harus terpisah total setelah MPB. Sedangkan posisi grounding rod-nya sendiri (yang tertanam di tanah) bisa berada lebih dekat ke MPB atau MCB Box.
Sisi sebelah kiri (P-N, dengan N ditanahkan) adalah bagian dari Trafo Distribusi PLN yang netral-nya ditanahkan. Sedangkan yang paling kanan adalah stop kontak.
Meter PraBayar-2
Pengawatan MPB dengan Titik Ground di kWh-Meter
Seperti penjelasan sebelumnya, saat terjadi ketidakseimbangan beban pada trafo distribusi, akan ada arus netral yang mengalir kearah MPB. Walaupun saat itu tidak ada pemakaian energi listrik di rumah (MCB “OFF”). Dengan pengawatan yang seperti ini, maka arus netral penyelinap tadi bisa dialirkan ke grounding tanpa melewati MPB (lihat gambar dibawah ini) :
Arus Netral pada MPB-1
Arus Netral ke kWh-Meter Saat Terjadi Beban 3 Phase Tidak Seimbang

Arus Netral pada MPB-2
Arus Netral ke kWh-Meter Saat Terjadi Beban 3 Phase Tidak Seimbang

Munculnya Tanda “PERIKSA”

Bila ada sambungan antara kabel grounding dan netral pada titik setelah MPB, seperti pada pengawatan seperti di bawah ini, maka arus netral penyelinap tadi bisa mengalir melewati MPB. Walaupun konsumen sama sekali tidak menggunakan energi listrik dan juga posisi MCB “OFF”. Arus netral penyelinap seperti ini akan mengakibatkan sensor arus netral MPB mengukur seolah-olah ada pemakaian dan bisa merugikan konsumen. Karena itu di MPB akan muncul tulisan “PERIKSA” dan gambar “TANGAN”.
Kabel netral dan ground disambung kembali pada MCB Box, akibatnya ada sebagian arus netral yang mengalir melewati MPB.
Arus Netral Melewati MPB-1
Arus Netral Dari Beban 3 Phase Tidak Seimbang Melewati MPB Karena Ground-Netral Tersambung di MCB Box
Sedangkan pada gambar berikut ini, kabel ground dan netral disambung pada titik setelah MPB. Akibatnya arus netral yang tidak diinginkan tadi bisa melewati MPB.
Arus Netral Melewati MPB-2
Arus Netral Dari Beban 3 Phase Tidak Seimbang Melewati MPB Karena Ground-Netral Tersambung di MCB Box

Untuk kasus lain lagi, ground dan netral dihubungkan di MPB tapi pada titik keluar terminal netral. Sehingga arus netral penyelinap tersebut masih melewati sensor MPB.
Arus Netral Melewati MPB-3
Arus Netral Dari Beban 3 Phase Tidak Seimbang Melewati MPB Karena Ground-Netral Tersambung di Titik Keluar Netral MPB

Mengatasi Tanda “PERIKSA”

1. Bila tulisan “PERIKSA” tadi masih berkedip-kedip, maka masih ada ground yang terhubung ke netral (masih belum murni terpisah). Bisa diperiksa pada MPB atau MCB Box.
2. Jika pengawatan MPB sudah sesuai dengan petunjuk pada gambar diatas, tetapi masih muncul tulisan “PERIKSA”, maka kemungkinan ada terjadi hubungan ground dan netral pada alat listrik atau beban listrik, misal : komputer, AC atau TV. Salah satu caranya : coba lakukan pemutusan satu persatu alat listrik atau beban listrik tadi, apakah tulisan “PERIKSA” tadi tidak berkedip-kedip atau hilang (sudah clear). Jika ada ditemukan hal seperti itu, kemungkinan alat listrik tadi mengalami masalah dan harus diperiksa.
3. Jika tidak ada peralatan listrik yang bermasalah, kemungkinan berikutnya adalah pada sistem instalasi listriknya. Hal yang paling mudah dilakukan adalah memeriksa sambungan pada stop kontak. Bila merasa kesulitan atau khawatir kesetrum, lebih baik memanggil instalatir listrik yang kompeten.
4. Jika tulisan “PERIKSA” tadi sudah tidak berkedip lagi, artinya ground dan netral sudah “bersih”. Kita bisa menghubungi PLN untuk meminta clear tamper token agar bisa mereset tulisan tadi.

Pertanyaan Lainnya

Banyak juga yang meminta gambar detail koneksi kabel pada MCB Box. Karena memang instalasi listrik setelah MPB adalah tanggung jawab pelanggan (tentunya pemasangan dilakukan oleh instalatir listrik yang kompeten dan bersertifikasi). Sedangkan pemasangan MPB atau kWh-meter adalah tanggung jawab PLN. Pelanggan tinggal terima beres saja.
Gambarnya adalah seperti ini (dengan skema titik grounding ada di MCB Box ini, bukan di MPB) :
Pengawatan Kabel di MCB Box
Pengawatan Kabel Phase-Netral-Ground di MCB Box dengan 2 MCB

Jadi terminal Netral dan Grounding (PE) tidak digabung lagi di MCB Box ini.

Percikan Api di kWh Meter Instalasi Listrik Rumah

Salah satu artikel yang ingin kami tampilkan adalah sharing dari pengguna listrik di rumah mengenai kejadian yang berhubungan dengan listrik. Kebetulan ada seorang rekan yang pernah mengalami kejadian tersebut dan bersedia membagikan pengalamannya kepada anda.  Harapannya adalah sebagai bahan pembelajaran pembaca agar dapat mengambil manfaatnya. Berikut adalah tulisan yang rekan tersebut kirimkan, dimana sesuai persetujuannya kami edit pada beberapa bagian agar lebih enak dibaca, tanpa merubah substansinya.

Kronologis Kejadian

Saya ingin sharing kejadian di rumah yang berkaitan dengan listrik.
kWh Meter Instalasi Listrik Rumah
kWh Meter Instalasi Listrik Rumah Yang Timbul Percikan Api
Beberapa saat yang lalu Saya membeli rumah second, sudah renovasi tapi bangunan lama masih dipertahankan. Untuk menambah kenyamanan, kami memasang pendingin ruangan beruapa AC Split dengan daya 1 PK.
Pada suatu siang hari saat beristirahat, seperti biasa kami menggunakan AC untuk mendinginkan ruangan, dan beberapa kali compressor AC pendingin ruangan terdengar “ON” dan “OFF” sesuai setting temperaturnya.
Tiba-tiba terdengar bunyi yang cukup keras seperti ledakan. Pada saat itu saya berasumsi ledakan berasal dari kompresor AC pendingin ruangan, karena pada saat itulah beban terbesar dari instalasi listrik rumah adalah dari unit AC pendingin ini. Setelah di periksa kondisi kompresor AC dan bagian lainnya kelihatan normal-normal saja.
Tiba-tiba dari depan rumah terdengar beberapa orang berteriak kebakaran. Sontak Saya langsung ke depan rumah untuk memeriksa keadaan, dan ternyata terlihat api yang berasal dari KWH meter yang terpasang di rumah saya. Dengan segera, saya mematikan circuit breaker  yang di dalam ruangan (MCB Box) dan circuit breaker yang berada di KWH meter. Akan tetapi masih terlihat percikan timbul di KWH meter. Saya menyimpulkan percikan tersebut terjadi pada sisi “incoming” dari kabel PLN yang masuk dari tiang listrik. (Karena circuit breaker di kWh meter sudah dimatikan, yang seharusnya aliran listrik sudah terhenti, tetapi kenyataannya masih timbul percikan).
Saya memerintahkan kepada istri untuk menghubungi PLN (Istri saya kebetulan menyimpan nomer PLN di HP-nya). Tetapi ternyata api masih membakar kabel yang tidak lama kemudian membesar dan hampir mencapai plafon rumah.
Dalam kondisi cukup panik, saya teringat mempunyai alat pemadam api kaleng kecil (Portable Fire Extinguisher) yang biasanya saya simpan di dalam mobil. Segera saya ambil alat pemadam tersebut beserta karpet karet dan sandal, yang akan berfungsi sebagai isolator (untuk mencegah bahaya kesetrum).
Pemadam Api Ringan dan Isolator
Pemadam Api Api Ringan dan karpet sebagai isolator
Saya berpikir, kalau menunggu PLN datang maka api akan semakin besar dan tidak terkendali. Sehingga saya putuskan mencoba memadamkan api dengan peralatan tersebut dengan berdiri diatas karpet dan memakai sandal yang kering untuk menghindari kesetrum listrik atau electrical shock.
Syukurlah api dapat dipadamkan dan sekitar 45 menit kemudian petugas PLN datang dan segera melakukan pemeriksaan. Mereka menemukan bahwa percikan api terjadi karena adanya “loose connection” atau koneksi yang longgar di terminal dalam kWh meter dari sisi incoming kabel PLN yang masuk dari tiang listrik (istilahnya : system jala-jala PLN).
Karena kWh meter merupakan milik PLN dan disegel, kita sebagai konsumen tidak bisa mengadakan pemeriksaan berkala untuk hal ini. (Dilihat dari kondisinya, KWH meter itu adalah meter PLN yang sudah lama terpasang). Akhirnya, oleh petugas PLN, kabel dari incoming disambung langsung ke dalam kWh meter tanpa melalui terminal.

Pelajaran Berharga

Beberapa hikmah yang Saya ambil dari kejadian ini adalah :
1. Menyediakan Portable Fire Extinguisher walaupun kecil tetapi cukup berguna. Tempat penyimpanannya saat ini adalah di dekat dapur, dimana resiko kebakaran juga cukup besar. Tempat ini aman dari jangkauan anak-anak, tetapi mudah dijangkau oleh orang dewasa bila dibutuhkan segera.
Pemadam Api Ringan
Pemadam Api Ringan (Portable Fire Extinguisher)
2. Bila berhubungan dengan listrik dan peralatannya pastikan kondisi kita cukup aman, dengan menyediakan isolator karet dan mematikan semua circuit breaker.
3. Selalu memasukkan nomor penting/darurat di HP Kita atau daftar no telepon di dekat pesawat telepon.
Selain itu, saya menyarankan bila anda membeli rumah second, merenovasi rumah atau merasa kWh meter di rumah sudah lama terpasang dan tidak yakin kondisi di dalamnya, sebaiknya anda menghubungi PLN terdekat untuk melakukan pemeriksaan kWh meter. Menurut petugas PLN yang datang melakukan perbaikan saat itu, memang akan ada program pemeriksaan berkala untuk kWh meter pelanggan perumahan.
Semoga sharing yang saya berikan ini bermanfaat bagi keselamatan kita semua.

Bagaimana Memastikan System Grounding di Rumah Terpasang dengan Baik

Halo kawan pembaca…selamat berjumpa lagi dalam artikel terbaru di InstalasiListrikRumah.com. Cukup lama juga setelah artikel terakhir yang dipublish : “Arde atau Grounding untuk Instalasi Listrik Rumah”, kami baru merilis artikel lagi.
Sepanjang waktu itu kami melihat artikel tersebut melesat menjadi artikel terpopuler dalam waktu singkat. Beberapa pertanyaan juga kami terima sehubungan dengan tema arde atau grounding ini.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut kami rangkum dalam satu pertanyaan umum : Bagaimana memastikan system grounding pada instalasi listrik rumah terpasang dengan baik?
Sebetulnya ini pertanyaan yang sangat wajar, karena masyarakat yang bahkan merasa paling awam dengan listrik pun selalu berinteraksi dengan peralatan listrik. Dan seperti kita ketahui, listrik selalu mempunyai resiko bahaya bila kita tidak tahu apa bahayanya dan bagaimana mengantisipasinya (untuk anda yang baru berkunjung, bisa membaca artikel sebelumnya : “Kestrum (Tersengat Listrik)” untuk menambah referensi).
Sistem grounding atau arde dipasang sebagai pengaman dari bahaya listrik terhadap manusia dan peralatan. Dan system tersebut harus terpasang dengan baik dalam instalasi listrik rumah agar dapat menjalankan fungsinya. Artikel ini mencoba menjelaskannya.
Baiklah, kita kembali ke pertanyaan tadi dan kami coba membahas dengan lebih detail cara-caranya. Kami berusaha memilih cara yang paling mudah dan minim resiko. Jadi langkah-langkah yang dijelaskan bukanlah langkah satu-satunya, karena masih banyak cara lain yang bisa dilakukan. Walaupun dirasa mudah, tetap masih ada resiko tersengat listrik. Jadi untuk itu, kami memberikan beberapa peringatan yang dianggap perlu dan diharapkan untuk pembaca memahami peringatan yang diberikan.

PERHATIAN :

Peringatan ini kami berikan terutama bagi pembaca yang merasa awam dengan listrik dan tidak merasa “confident”. Dalam aspek keselamatan, ilmu dan kepercayaan diri merupakan 2 kunci utama. Orang yang mengerti tetapi tidak “confident” atau tidak mengerti tapi “confident sebaiknya berpikir ulang dalam melanjutkan pekerjaannya karena besar kemungkinan terjadi celaka. Kalo anda merasa seperti itu, disarankan untuk mencari pihak lain yang mengerti listrik atau instalatir listrik yang mempunyai kompetensi. Hal yang terpenting adalah anda cukup mengerti cara-caranya. Itu saja ya uraian mengenai sisi keselamatan dari metode yang dibahas selanjutnya.

Ketahui Lebih Dulu!!

Dalam memastikan bahwa system grounding pada instalasi listrik rumah anda telah terpasang dengan baik, ada 2 bagian utama yang harus kita ketahui :
1. Instalasi arde atau grounding yang ditanam telah terpasang dengan baik dan mempunyai resistansi atau hambatan maksimal 5 Ohm (sesuai yang dinyatakan dalam PUIL : Persyaratan Umum Instalasi Listrik)
2. Kabel yang terpasang dalam system instalasi listrik rumah mempunyai inti kabel grounding didalamnya dan tersambung atau terkoneksi dengan baik sampai stop kontak. Istilah teknis menyebut koneksi ini “bonding”, yaitu koneksi antar kabel grounding, sedangkan istilah “grounding” sendiri digunakan untuk koneksi kabel grounding dengan system grounding yang ditanahkan langsung (seperti grounding rod).

Memeriksa Instalasi grounding yang ditanam

Untuk memeriksa bagian ini, mau tidak mau harus menggunakan alat yang dinamakan Earth Tester. Alat ini memang tidak umum, karena biasanya hanya digunakan oleh kontraktor atau instalatir yang memasang instalasi grounding. Fungsi alat ini adalah mengukur tahanan atau resistansi arde / grounding yang terpasang. Bila tahanan yang terukur masih lebih besar dari yang diharuskan, maka grounding rod yang ditanam harus ditambahkan agar lebih dalam.
Secara umum kita tidak bisa memeriksa sendiri bagian ini, kecuali anda punya “Earth tester”. Jadi cukup serahkan saja pemeriksaannya kepada kontraktor listrik yang kompeten dan terpercaya. Yang penting anda mengerti parameter yang menjadi patokan.

Memeriksa instalasi grounding yang terkoneksi dalam instalasi listrik rumah

Nah, memeriksa bagian ini relatif bisa kita lakukan. Dikatakan relatif karena tergantung dari peralatan yang kita miliki dan kepercayaan diri untuk melakukan.
Yang perlu anda periksa adalah bagian stop kontak, apakah kabel grounding (lebih tepatnya “bonding”) sudah terpasang sampai titik ini. Seperti dijelaskan di awal, secara teknis istilah “bonding” digunakan untuk koneksi antara kabel grounding dengan kabel grounding lain.
Jadi bonding adalah sistem yang terkoneksi di seluruh bagian rumah dan salah satunya berujung pada stop kontak. Sedangkan “grounding” adalah koneksi antara kabel grounding dengan sistem grounding yang ditanam. Warna kabel bonding dan grounding tetap sama, yaitu warna hijau atau kuning-hijau.
Bila salah satu stop kontak tidak terkoneksi kabel bonding, maka fungsi pengaman dari kebocoran arus listrik akibat kegagalan isolasi tidak akan bekerja. Bahasa mudahnya, potensi anda kesetrum saat menggunakan peralatan listrik akan sangat besar.
Alat yang digunakan adalah multitester atau Avometer dan screwdriver (obeng). Dengan multitester, kita bisa melakukan “continuity test” terhadap koneksi kabel bonding setiap stop kontak. Bila tidak punya, obeng masih bisa digunakan untuk memeriksa secara visual apakah kabel bonding sudah terkoneksi atau tidak di dalam stop kontak, walaupun validitas hasilnya masih perlu diuji.
PERHATIAN :
LAKUKAN KEDUA METODE INI DENGAN MEMATIKAN TERLEBIH DAHULU INSTALASI LISTRIK DI RUMAH ANDA DENGAN CARA “SWITCH OFF” CIRCUIT BREAKER DI KWH METER DAN MCB BOX, UNTUK MEMASTIKAN ANDA AMAN DARI BAHAYA LISTRIK

Metode pertama : Memeriksa koneksi kabel bonding dengan multitester (continuity test)

1. Pastikan listrik di rumah anda sudah dimatikan terlebih dahulu (lihat peringatan diatas). Switch off circuit breaker seperti gambar dibawah.
Box pengaman tipe MCB
Pengaman tipe MCB
2. Buka tutup MCB box.
3. Pastikan probe dari multitester (kabel warna merah dan hitam) terpasang pada lubang yang bersimbol “V Ω” untuk probe warna merah dan “COM” untuk probe warna hitam. Contoh yang digunakan adalah multitester tipe digital.
Multitester untuk check tegangan

4. Putar selector di multitester ke posisi Voltage AC (symbol “V~”) untuk mengukur tegangan. Lihat gambar diatas.
5. Periksa tegangan di circuit breaker dengan multitester dan pastikan sudah tidak ada tegangan (penunjukan di multitester 0 (nol) volt). Bisa juga gunakan test pen untuk memastikan tidak ada tegangan. Dalam gambar dibawah, periksa setiap titik dari circuit breaker (garis warna merah) untuk memastikan tidak ada tegangan. Pastikan juga circuit breaker sudah switch off (kotak warna biru)

Check tegangan di MCB Box
Memeriksa tegangan di MCB Box

6. Putar selector di multitester ke posisi Ohm (tanda “Ω”) untuk mengukur resistansi.
Multitester untuk check resistansi
Posisi multitester dan probe untuk check resistansi

7. Hubungkan salah satu probe ke terminal grounding (terminal PE) di MCB box dan probe yang lain ke terminal grounding di stop kontak.

Continuity Test MCB Box & stop kontak
Continuity Test grounding kabel antara MCB Box dan stop kontak

8. Lihat pembacaan. Bila hasilnya menunjukkan hampir resitansi yang kecil, hampir mendekati 0 (nol) ohm, maka dipastikan terminal grounding di stop kontak terkoneksi dengan baik ke grounding terminal di MCB Box. Bila hasilnya menunjukkan resistansi dalam satuan kilo-ohm (kΩ) atau mega-ohm (MΩ) maka koneksinya kurang baik atau malah tidak terkoneksi. Contoh hasil pengukuran dari gambar dibawah adalah sebesar 1.2 ohm.
9. Lanjutkan pengukuran dengan stop kontak lain. Bila jarak antara MCB Box dengan stop kontak sudah terlalu jauh, maka bisa dilakukan pengukuran antar stop kontak.

Continuity Test antar Stop Kontak
Continuity test kabel grounding antar stop kontak
Continuity test antar stop kontak
Contoh visual continuity test koneksi bonding antar stop kontak

10. Bila sudah selesai, jangan lupa untuk memasang kembali tutup MCB Box dan switch ON Circuit Breaker agar listrik di rumah anda normal kembali.
Bagaimana bila hasilnya tidak memuaskan atau resistansinya cukup besar. Dalam kasus ini, anda harus melakukan pemeriksaan visual terhadap stop kontak tersebut. Silahkan ikuti metode kedua.
PERHATIAN :
UNTUK MEMASTIKAN MULTITESTER ATAUPUN TEST PEN MASIH BERFUNGSI DENGAN BAIK, SEBELUM ANDA MEMATIKAN INSTALASI LISTRIK RUMAH, TERLEBIH DAHULU LAKUKAN LANGKAH KETIGA DAN KEEMPAT DARI METODE DIATAS, KEMUDIAN COLOK KEDUA PROBE KE MASING-MASING LUBANG DI STOP KONTAK. JIKA PEMBACAAN PADA MULTITESTER ANDA MENUNJUKKAN TEGANGAN +/- 220V, MAKA MULTITESTER BISA DIKATAKAN MASIH BERFUNGSI DENGAN BAIK.
 
 
 
 
 
 
 
 

Test Multitester
Test multitester untuk memastikan masih berfungsi dengan baik


Metode kedua : Pemeriksaan visual koneksi kabel bonding pada stop kontak

Bila tidak memiliki multitester atau hasil pembacaan dari metode pertama tidak memuaskan, anda pun masih dapat melakukan metode ini.
1. Pastikan listrik di rumah anda sudah dimatikan terlebih dahulu (lihat peringatan diatas).
2. Buka tutup stop kontak dengan obeng (+) pada mur bagian tengah. Lihat gambar dibawah.
Stop Kontak tipe In-Bow
Stop Kontak tipe In-Bow yang terpasang di Instalasi Listrik Rumah

3. Perhatikan terminal kabel grounding di stop kontak (ada di bagian tengah) dan lihat apakah ada kabel grounding (warna hijau atau kuning-hijau) terkoneksi disana.

Koneksi Kabel Grounding di Stop Kontak
Contoh koneksi kabel grounding di stop kontak (lingkaran merah)

4. Bila ada terkoneksi, kemungkinan besar system bonding di stop kontak sudah terpasang. Bila tidak ditemukan, kemungkinan besar kabel grounding / bonding tidak dikoneksi.

Stop Kontak yang tidak terkoneksi kabel grounding
Contoh stop kontak yang tidak terkoneksi kabel grounding / bonding

5. Pasang kembali tutup stop kontak dan lanjutkan dengan stop kontak lainnya.
6. Bila sudah selesai, jangan lupa switch ON Circuit Breaker agar listrik di rumah anda normal kembali.
Dari kedua metode ini, bisa kita kita perbandingkan kelebihan dan kekurangan masing-masing agar lebih jelas bagi pembaca, yaitu :
1. Metode pertama jelas membutuhkan alat multitester tetapi hasilnya lebih valid karena ada nilai resistansi (ohm) yang diukur sebagai hasil continuity test. Yang perlu diperhatikan adalah multitester itu masih berfungsi dengan baik.
2. Metode kedua relatif lebih murah dan mudah, cukup menggunakan obeng atau screwdriver. Hanya saja hasil yang dicapai belum tentu sebaik metode pertama. Hal ini karena bisa saja kabel bonding kelihatan terkoneksi di stop kontak tetapi tidak terhubung dengan sistem grounding keseluruhan.
3. Kedua metode tetap memerlukan pengamanan dari bahaya listrik dengan cara mematikan sumber listrik terlebih dahulu.
Beberapa kemungkinan hasil pemeriksaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Multitester menunjukkan resistansi yang besar tetapi pemeriksaan visual menunjukkan kabel grounding terkoneksi di stop kontak. Untuk hasil seperti ini, kemungkinan kabel grounding putus di tengah jalan atau tidak disambung dalam koneksi di atas plafon.

2. Multitester menunjukkan resistansi yang besar dan pemeriksaan visual menunjukkan kabel grounding tidak terkoneksi di stop kontak. Untuk kasus seperti ini, kabel yang terpasang di stop kontak biasanya hanya berinti dua, yaitu untuk phase dan netral saja (biasanya warna hitam dan biru). Untuk hasil seperti ini, sebaiknya kabel diganti dengan yang berinti tiga yaitu untuk phase, netral dan grounding.

3. Multitester menunjukkan resistansi yang rendah (hampir 0 (nol) ohm) dan pemeriksaan visual menunjukkan kabel grounding terkoneksi di stop kontak. Ini adalah hasil yang kita harapkan.

Penutup

Seperti yang telah kami uraikan di bagian awal, satu hal yang perlu diperhatikan adalah kepercayaan diri dalam melakukan metode-metode ini. Bila anda merasa tidak percaya diri, sebaiknya anda menyerahkan kepada orang yang lebih mengerti dan kompeten dalam hal listrik untuk melakukannya. Kita harus selalu berpedoman bahwa keselamatan adalah hal yang utama.
Semoga artikel ini bermanfaat bagi anda semua. Dan bila ada komentar, saran ataupun koreksi, sangat kami persilahkan.
ILR-Team
Catatan :
Walaupun metode yang dipaparkan dalam artikel ini telah dipilih dengan resiko rendah dan terlihat mudah, mohon untuk tidak melakukan tanpa ilmu dan skill yang memadai. Tulisan ini hanya bersifat penjelasan dan bukan prosedur resmi. Kami menyerahkan tanggung jawab dan resiko sepenuhnya kepada pembaca untuk menilai diri sendiri sebelum melakukan cara-cara yang dijelaskan di atas.

Hati-hati Menggunakan Kabel Rol


Kabel rol di instalasi listrik rumah.
Contoh penggunaan kabel rol di instalasi listrik rumah
Kabel rol (biasa disebut kabel gulung) atau bahasa kerennya “extention cord” atau “extention outletini sangat lazim dipakai di instalasi listrik rumah. Alat ini bersifat multi fungsi sebagai perpanjangan stop kontak permanen yang terpasang di dinding. Jangkauannya luas dan sangat fleksibel sehingga mampu mencapai tempat yang agak sulit rutenya.
Apalagi di kehidupan era modern sekarang ini yang dominan banyak menggunakan piranti elektronik portable yang bisa diletakkan dimanapun tetapi membutuhkan sumber daya listrik.
Karena itu kabel rol adalah solusi yang sangat mudah bila kita menghadapi keterbatasan jumlah dan posisi dari stop kontak listrik permanent. Hampir sebagian besar perumahan apalagi yang disewakan atau kamar-kamar kos bisa dipastikan punya alat ini. Biasanya untuk satu kamar atau satu ruangan paling banyak terpasang 2 titik stop kontak saja. Sedangkan bila menambah jumlah stop kontak pun pastilah perlu biaya instalasi yang kadang tidak murah.
Tetapi, dibalik kemudahan ini anda tetap perlu berhati-hati dalam penggunaannya. Karena sebenarnya alat ini pun mempunyai potensi bahaya yang cukup besar lho..
“Loh..Mas, kalau memang ada bahayanya apa boleh digunakan?”. “Ya Tentu boleh dong..kalau nggak pasti dech tidak ada yang jual. Tapi harus tahu dulu ya cara menggunakan alat ini dengan benar dan tahu juga apa sih potensi bahaya dari alat ini…”

Data & Fakta

Kami coba mencari data mengenai kecelakaan atau insiden yang terjadi di Indonesia dikarenakan penggunaan alat ini. Tapi terus terang saja masih belum ketemu yah..(jika ada pembaca yang punya data-data ini dan berkenan memberikan sebagai sharing buat pembaca lain, tentu kami akan sangat-sangat berterima kasih). Akhirnya kami coba mencari data-data yang tercatat di negeri Paman Sam dan ketemulah salah satu situs, http://www.cpsc.gov/cpscpub/pubs/16.html, yang dalam satu artikelnya juga membahas masalah ini.
Dalam situs tersebut, didapat data bahwa AS Consumer Product Safety Commission (CPSC) memperkirakan dalam setiap tahun, sekitar 4.000 luka terkait dengan penggunaan kabel rol (“extention cord”) yang dirawat di ruang gawat darurat rumah sakit :
a. Sekitar setengah melibatkan luka-luka patah tulang atau keseleo dari orang-orang tersandung kabel rol ini.
b. 13% dari cedera ternyata melibatkan anak di bawah lima tahun.
(Anda bisa membaca artikel sebelumnya yang berjudul “Kesetrum (Tersengat Listrik)”).
CPSC juga memperkirakan bahwa sekitar 3.300 peristiwa kebakaran dalam satu tahun yang terjadi di perumahan berasal dari penggunaan kabel rol, dan menewaskan 50 orang serta melukai sekitar 270 orang lainnya.
Penyebab paling sering dari kebakaran tersebut adalah :
a. Hubungan pendek arus listrik
b. Kelebihan beban
c. Kerusakan dan/atau pemakaian yang tidak benar dari kabel rol ini.
Beberapa contoh yang tercatat adalah sebagai berikut :
a. Seorang anak perempuan berusia 15 bulan menaruh kabel sambungan di mulut dan mengalami luka bakar karena tersengat listrik. Diperlukan operasi untuk menyembuhkan lukanya.
(Anak kecil dibawah dua tahun memang mempunyai kebiasaan memasukkan sesuatu yang baru ditemuinya ke dalam mulut. Karena itu orang tua harus berhati-hati dalam hal ini)
b. Dua anak muda terluka dalam kebakaran yang disebabkan oleh kabel rol yang kelebihan beban di rumah mereka. Lampu , televisi dan pemanas listrik menjadi beban terpasang dari satu kabel rol ringan.
c. Seorang wanita berusia 65 tahun dirawat karena patah pergelangan kaki setelah tersandung kabel ekstensi.
Data-data ini walaupun tercatat di negeri Paman Sam sana, bisa kita jadikan rujukan untuk penggambaran situasi di negara kita. Coba kita bayangkan, data dari negara maju dengan tingkat pendidikan masyarakatnya yang tinggi saja bisa seperti itu, apalagi negara berkembang seperti kita.
Jadi, bagaimana tips pencegahannya agar kejadian seperti itu tidak menimpa diri, keluarga tercinta atau orang disekitar kita.

Tips yang ideal adalah :

a. Hanya gunakan stop kontak permanen (yang menempel di dinding) untuk tiap beban listrik, terutama yang memiliki konsumsi listrik yang besar.
b. Posisinya pun harus diperhatikan agar tidak mudah dijangkau oleh anak-anak.
c. Pemakaian kabel rol ini pun hanya bersifat sementara untuk peralatan listrik portable yang pemakaiannya bisa dimonitor atau untuk peralatan listrik besar sampai terpasang stop kontak yang permanent pada instalasi listrik rumah.
(jadi bukan untuk sementaun ya.. alias sementara bertahun-tahun).
Hanya saja kita semua tentu mahfum dengan kondisi di banyak perumahan saat ini. Bahkan untuk rumah yang baru dibangun pun, situasinya akan sama. Karena pemasangan satu titik stop kontak tidaklah murah. Belum lagi letak peralatan-peralatan listrik kadang-kadang bisa berubah mengikuti selera pemilik rumah yang butuh variasi agar tidak bosan.
Untuk rumah sewa (kontrakan) atau kamar kos tentu punya kondisi yang lebih standar lagi, karena seperti yang telah dijelaskan di bagian awal, hanya disediakan jumlah stop kontak yang terbatas. Sedangkan kehidupan modern saat ini banyak terpasang peralatan listrik yang bermacam-macam, mulai dari televisi, kulkas, mesin air, mesin cuci, setrika listrik, rice cooker dan lain macam.

Tips Lainnya :

Ada beberapa tips berikut yang bisa anda terapkan, paling tidak untuk menghindari terjadinya insiden yang tidak diinginkan karena penggunaan kabel rol yang “sementaun” ini :
a. Membuat kabel yang direntangkan tidak bergelantungan dari etalase atau meja di mana kabel itu dapat tertarik ke bawah atau tersandung oleh orang yang lalu lalang. Dalam hal ini, rentangan atau tarikan kabel rol sebaiknya menelusuri pinggiran dinding dan pojok-pojok saja.
b. Sebaiknya jangan menutup bagian dari kabel rol dengan surat kabar, pakaian, karpet, atau benda sementara kabel sedang digunakan.
c. Jangan menempatkan kabel pada tempat dimana terjadi kemungkinan rusak oleh furniture berat atau lalu lintas kaki.
d. Jika anda punya kemampuan, belilah kabel rol yang mempunyai penutup stop kontak atau cover outlet untuk titik yang tidak digunakan. Bila yang terpasang saat ini di rumah adalah model yang terbuka, tutup dengan isolasi lakban stop kontak tidak terpakai untuk mencegah kemungkinan anak tersentuh dengan listrik yang bertegangan.
e. Ajarkan anak untuk tidak bermain dengan steker dan kabel rol.
f. Masukkan steker atau colokan sepenuhnya sehingga tidak ada bagian dari batang tembaga / prong yang terekspos ketika kabel rol sedang digunakan.
g. Pemasangan steker harus benar-benar solid, jangan sampai ada yang kendor. Karena bisa menyebabkan panas dan membuat steker meleleh.
h. Saat mencabut kabel, tarik badan dari steker, bukan menarik kabel itu sendiri. Menarik kabel dapat menyebabkan koneksi atau sambungan di terminal steker menjadi longgar atau terputus.
i. Tangan harus selalu kering bila ingin memasang atau mencabut steker.
j. Gunakan alas karet atau plastic saat memasang atau mencabut steker.
k. Periksa steker dan kabel rol saat digunakan. Pemanasan terjadi pada bagian-bagian ini ketika kabel rol digunakan pada kapasitas atau rating maksimumnya, namun, jika kabel terasa panas atau ada pelunakan dari plastik, ini adalah pertanda ada masalah pada kabel rol atau steker dan sebaiknya harus dibuang dan diganti.

Rating dari Kabel Rol
Perhatikan rating dari kabel rol

l. Ketika digunakan, kabel rol harus dikeluarkan semua dari gulungannya walaupun panjang kabel yang diperlukan tidak banyak. Apalagi bila digunakan untuk peralatan listrik yang konsumsi listriknya besar, seperti mesin air, kulkas, mesin cuci, setrika listrik atau rice cooker. Ada perbedaan kapasitas atau rating dari kabel rol antara penggunaan kabel yang dikeluarkan semua dengan kabel yang digulung (lihat gambar). Bila ini dilanggar, maka akan terjadi panas berlebihan di kabel dan menyebabkan kabel meleleh.
(Beberapa waktu lalu saya pernah melihat sendiri kabel rol yang digunakan tetangga ternyata bisa meleleh, padahal beban peralatan listriknya hanya sebuah mesin air dan kulkas. Jadi ini adalah penjelasannya.)
m. Jangan menggunakan staples atau paku untuk menempelkan kabel dari kabel rol tersebut di dinding karena dapat merusak kabel dan menyebabkan tersengat listrik atau hubungan pendek arus listrik.
n. Perhatikan antara kapasitas kabel rol yang digunakan dengan beban dari peralatan listrik yang digunakan. Jangan sampai terjadi penggunaan beban yang berlebihan dari kabel rol ini.
o. Untuk peralatan dengan konsumsi listrik besar seperti AC, pemanas listrik portabel, dan freezer, gunakan khusus kabel rol bertipe “heavy duty”.
Tips diatas hanya mencakup hal-hal yang umum saja. Karakteristik pemakaian kabel rol bisa saja berbeda di setiap rumah.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...