Minggu, 05 Oktober 2014

Kabel Listrik dan Kuat Hantar Arus

Dalam sistem instalasi listrik rumah, kabel listrik adalah salah satu komponen vital yang berfungsi sebagai penghantar arus listrik dari sumber listrik PLN menuju peralatan listrik. Seperti yang telah dijelaskan dalam artikel “Mengenal Peralatan Instalasi Listrik Rumah (2)”, kabel ini seperti pembuluh darah dalam tubuh manusia, dimana bila saluran pembuluh darah ada yang bermasalah tentu tubuh tidak akan bekerja dengan baik. Kabel listrik pun demikian, bila ada saluran yang bermasalah maka akan berpotensi mengganggu sistem instalasi listrik rumah anda. Artikel kali ini akan menjelaskan lebih dalam mengenai kabel listrik dan hubungannya dengan kapasitas hantarannya.

Pengertian penghantar, kabel dan kawat penghantar

Sebagai pendahuluan, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu perbedaan arti antara ketiga istilah diatas. Penghantar ialah suatu benda yang berbentuk logam ataupun non logam yang bersifat konduktor atau dapat mengalirkan arus listrik dari satu titik ke titik yang lain. Penghantar dapat berupa kabel ataupun berupa kawat penghantar.
Kabel ialah penghantar logam yang dilindungi dengan isolasi. Bila jumlah penghantar logam tadi lebih dari satu maka keseluruhan kabel yang berisolasi tadi dilengkapi lagi dengan selubung pelindung. Contohnya kabel listrik yang dipakai di rumah. Bila kabel tersebut “dikupas” maka akan kelihatan sebuah selubung (biasanya berwarna putih) yang membungkus beberapa inti kabel yang terisolasi (2 atau 3 inti) dimana masing-masing inti memiliki warna isolasi yang berbeda.
Sedangkan kawat penghantar ialah penghantar yang juga logam tetapi tidak diberi isolasi. Contohnya ialah kawat grounding pada instalasi penangkal petir atau kawat penghantar pada sistem transmisi listrik tegangan menengah dan tinggi milik PLN .

Jenis kabel listrik yang umum dipakai dan nomenklatur-nya

Dalam instalasi listrik perumahan, paling tidak ada 3 jenis kabel listrik yang paling umum digunakan yaitu kabel jenis NYA, NYM dan NYY.
Istilah NYA, NYM dan NYY ini merupakan tata nama atau nomenklatur pada kabel. PUIL 2000 (Persyaratan Umum Instalasi Listrik tahun 2000) dalam lampiran C menjelaskan mengenai tata nama (nomenklatur) kabel ini. Dari lampiran tersebut, kabel NYA, NYM dan NYY berarti kabel standar berpenghantar tembaga (huruf “N”) dan berselubung isolasi dari PVC (Poli Vinil Chlorid) (huruf “Y”).

Kabel NYA

Kabel Tipe NYA
Kabel tipe NYA yang terpasang di instalasi listrik rumah
Merupakan kabel berisolasi PVC dan berinti kawat tunggal. Warna isolasinya ada beberapa macam yaitu merah, kuning, biru dan hitam. Jenisnya adalah kabel udara (tidak untuk ditanam dalam tanah). Karena isolasinya hanya satu lapis, maka mudah luka karena gesekan, gigitan tikus atau gencetan. Dalam pemasangannya, kabel jenis ini harus dimasukkan dalam suatu konduit kabel.
Berbicara mengenai konduit, pengertiannya adalah suatu selubung pelindung, ada yang berupa pipa besi, tetapi yang paling umum digunakan adalah pipa PVC (tetapi berbeda dengan pipa PVC untuk air). Konduit ini selain bertujuan melindungi kabel dari gangguan luar juga untuk memudahkan dalam hal pekerjaan penggantian atau penambahan kabel, karena hanya tinggal ditarik atau didorong saja. Bandingkan bila kabel tersebut ditanam dalam tembok tanpa konduit, tentu akan butuh pekerjaan tambahan berupa pembongkaran tembok.
Karena itu, sesuai tujuannya penggunaan konduit sebenarnya tidak terbatas pada jenis kabel NYA saja, tetapi bisa dipakai untuk kabel NYM atau NYY.

Kabel NYM

Kabel tipe NYM
Kabel tipe NYM yang terpasang di peralatan listrik rumah
Kabel jenis ini mempunyai isolasi luar jenis PVC berwarna putih (cara mengenalinya bisa dengan melihat warna yang khas putih ini) dengan selubung karet di dalamnya dan berinti kawat tunggal yang jumlahnya antara 2 sampai 4 inti dan masing-masing inti mempunyai isolasi PVC dengan warna berbeda. Jadi seperti beberapa kabel NYA yang dijadikan satu dan ditambahkan isolasi putih dan selubung karet.
Kabel ini relative lebih kuat karena adanya isolasi PVC dan selubung karet. Pemasangannya pada instalasi listrik dalam rumah bisa tanpa konduit (kecuali dalam tembok sebaiknya menggunakan konduit seperti yang dijelaskan sebelumnya). Kabel ini dirancang bukan untuk penggunaan di bagian luar (outdoor). Tetapi penggunaan konduit sebagai pelindung bisa juga dipertimbangkan bila ingin dipasang di luar ruangan. Harganya yang jelas lebih mahal dari tipe kabel NYA.

Kabel NYY

Kabel tipe NYY
Kabel tipe NYY yang terpasang di instalasi listrik rumah
Warna khas kabel ini adalah hitam dengan isolasi PVC ganda sehingga lebih kuat. Karena lebih kuat dari tekanan gencetan dan air, pemasangannya bisa untuk outdoor, termasuk ditanam dalam tanah. Kabel untuk lampu taman dan di luar rumah sebaiknya menggunakan kabel jenis ini. Harganya tentu lebih mahal dibanding dua jenis kabel sebelumnya.

Kuat Hantar Arus (KHA)

Kabel listrik mempunyai ukuran luas penampang inti kabel yang berhubungan dengan kapasitas penghantaran arus listriknya. Dalam istilah PUIL, besarnya kapasitas hantaran kabel dinamakan dengan Kuat Hantar Arus (KHA).
Ukuran kabel dan KHA-nya sebaiknya kita pahami dengan baik untuk menentukan pemilihan kabel yang sesuai dengan kapasitas instalasi listrik rumah kita. Besar kapasitas daya listrik dalam suatu instalasi listrik rumah berhubungan dari berapa besar langganan listrik dari PLN. Dalam hal ini adalah berapa besar rating MCB yang terpasang di kWh meter (lihat dalam artikel “MCB sebagai Proteksi dan Pembatas Daya Listrik (2)” untuk detailnya). Besarnya KHA kabel harus lebih besar dari rating MCB, karena prinsipnya adalah MCB harus trip sebelum kabelnya terkena masalah.
Arus listrik yang melebihi KHA dari suatu kabel akan menyebabkan kabel tersebut menjadi panas dan bila melebihi daya tahan isolasinya, maka dapat menyebabkan rusaknya isolasi. Kerusakan isolasi bisa menyebabkan kebocoran arus listrik dan akibatnya bisa fatal seperti kesetrum pada manusia atau bahkan mengakibatkan terjadinya kebakaran.
Faktor lain dalam menentukan pemilihan kabel dengan KHA-nya adalah mengenai peningkatan kebutuhan daya listrik di masa depan. Bila dalam beberapa tahun ke depan ternyata ada penambahan daya listrik langganan PLN, tentu lebih baik sedari awal dipersiapkan kabel dengan ukuran yang sedikit lebih besar untuk mengakomodasi peningkatan kebutuhan daya listrik ini sehingga menghindari pekerjaan penggantian kabel. Tetapi perlu diperhatikan juga bila umur kabel ternyata sudah melewati 10 tahun. Pada kasus ini, pemeriksaan kondisi kabel dengan lebih teliti sebaiknya dilakukan untuk memastikan kabel masih dalam kondisi baik.
PUIL 2000 memberikan ketentuan mengenai besarnya diameter dari penghantar kabel dan maksimum KHA terus-menerus yang diperbolehkan pada kabel tipe NYA, NYM dan NYY.
KHA Kabel NYA
Tabel Kuat Hantar Arus Kabel Jenis NYA
KHA kabel NYM
Tabel Kuat Hantar Arus Kabel Jenis NYM
KHA kabel NYY
Tabel Kuat Hantar Arus Kabel Jenis NYY
Dari tabel diatas, satu hal yang perlu diperhatikan adalah faktor temperatur lingkungan di luar kabel. KHA yang dinyatakan dalam tabel tersebut berlaku untuk maksimum temperatur di sekitar kabel sampai 30 Cdeg. Lebih dari itu akan menyebabkan turunnya nilai KHA kabel. Ada faktor koreksi yang harus diperhitungkan sesuai dengan besarnya lingkungan. 
Semoga artikel ini bermanfaat
Sumber

Faktor Koreksi Kuat Hantar Arus dan Warna Kabel

Yang pertama adalah mengenai pengertian ukuran kabel. PUIL tahun 2000 mengatur satuan ukuran nominal kabel dalam mm2, seperti 1.5 mm2, 2,5mm2 dan seterusnya. Kemudian, pengertian ukuran nominal adalah luas penampang dari penghantar inti kabel. Untuk kabel jenis NYM atau NYY yang mempunyai 2 inti atau lebih, ukuran 2.5 mm2 menyatakan ukuran masing-masing inti kabel.
Berikutnya adalah tegangan pengenal pada kabel. Mengacu pada PUIL, kabel tegangan rendah mempunyai tegangan pengenal sebagai berikut : 230/400 (300) V, 300/500 (400) V, 400/690 (600) V, 450/750 (490) V, 0.6/1kV (1.2kV). Nilai tegangan dalam kurung adalah nilai tegangan tertinggi untuk perlengkapan listrik yang diperbolehkan jika menggunakan kabel tersebut. Listrik PLN untuk perumahan mempunyai tegangan 220V, jadi cukup menggunakan kabel dengan tegangan pengenal minimal 230/400 V.
Kalau masih ada informasi lain yang terlewat, mohon koreksinya dari pembaca.
Kita kembali pada nilai Kuat Hantar Arus (KHA). KHA mempunyai nilai aktual 100% bila kabel tersebut dipasang pada temperatur kelilingnya maksimal 30 Cdeg. Lebih dari itu akan terjadi penurunan nilai aktual KHA-nya. PUIL menamakannya sebagai Faktor Koreksi.
Faktor Koreksi dalam PUIL diatur dalam tabel 7.3.2 untuk kabel NYA dan NYM, tabel 7.3.15a dan 7.3.18 untuk kabel NYY di dalam tanah dan udara.
Faktor Koreksi Kabel NYA & NYM
Tabel Faktor Koreksi untuk Kabel NYA & NYM
Faktor Koreksi kabel NYY di dalam tanah
Tabel Faktor Koreksi Kabel NYY untuk Pemasangan di dalam Tanah
Faktor Koreksi Kabel NYY di Udara
Tabel Faktor Koreksi Kabel NYY untuk Pemasangan di Udara
Untuk Tabel 7.3.2 (Kabel NYA dan NYM), pilih kolom 3 (Bahan isolasi PVC).
Contoh kalkulasinya adalah : KHA pada tabel 7.3.1 x Faktor Koreksi.
KHA Kabel NYA
Tabel Kuat Hantar Arus Kabel Jenis NYA
KHA kabel NYM
Tabel Kuat Hantar Arus Kabel Jenis NYM
KHA kabel NYY
Tabel Kuat Hantar Arus Kabel Jenis NYY
Perhatikan bahwa faktor koreksi hanya dihitung untuk temperatur keliling maksimal 55Cdeg. Bila lebih tinggi maka PUIL mensyaratkan harus menggunakan kabel instalasi tahan panas yang khusus untuk dibuat untuk maksud itu.

Warna kabel menurut standard PUIL

Kabel listrik yang mempunyai banyak inti akan mempunyai warna isolasi inti yang berbeda-beda. Hal ini sebetulnya berhubungan dengan faktor keselamatan karena bisa menghindarkan tertukarnya sambungan kabel pada sistem instalasi. Karena itu, sebagai keseragaman, penggunaan warna isolasi inti kabel mempunyai aturan tertentu.
Instalasi listrik yang baik akan selalu mengikuti aturan ini. Karena bila suatu saat diperlukan pemeriksaan atau perbaikan sistem instalasi tersebut, maka seorang instalatir akan lebih mudah menemukan pola sambungan kabel listriknya.
Kabel listrik yang digunakan pada sistem instalasi listrik rumah biasanya terdiri atas penghantar phase, netral dan ground. PUIL mengatur penggunaan warna untuk penghantar netral adalah biru, penghantar ground dengan warna hijau atau campuran kuning-hijau, dan penghantar phase dikhususkan dengan warna hitam. Pengaturan selengkapnya dapat dilihat pada tabel PUIL berikut,
Warna Kabel
Pengaturan Penggunaan Warna Isolasi Inti Kabel
Contoh aplikasi penggunaan warna kabel bisa dilihat pada gambar MCB Box berikut ini :
(Terminal Netral digabung di sebelah atas dan terminal grounding digabung di sebelah bawah)

MCB Box dengan Terminal Pentanahan
Warna merah adalah terminal pentanahan di MCB Box
Bagaimana bila kabel yang hendak dipasang atau instalasi listrik rumah yang sudah terpasang ternyata memiliki warna isolasi inti yang lain daripada ketentuan diatas. Alternatifnya bisa beberapa cara :
1. Bila kabelnya sudah terpasang, periksa dan kenali penghantar mana yang menjadi phase, netral dan ground. Pastikan warnanya dan buatlah catatan yang ditempel pada MCB Box atau Panelnya. Tujuannya agar memudahkan saat melakukan pemeriksaan atau perbaikan.
2. Bilamana kabelnya baru akan dipasang (karena sudah terlanjur dibeli) dan misalkan saja mempunyai isolasi inti yang berwarna hitam semuanya. Maka saat pemasangan, bisa ditambahkan selubung kabel yang berwarna sesuai standard (hitam-biru-hijau) yang dipasang pada ujung terminal kabel. Selubungnya bisa berupa plastik khusus selubung yang banyak dijual (biasanya dikenal dengan nama “cable shoe”) atau menggunakan electrical isolation tape yang berwarna senada. Jika tidak tersedia, maka buatlah tanda atau marking dengan sesuatu yang mudah dikenali dan buat catatan yang ditempel, setidaknya pada MCB Box.
Demikian tulisan singkat mengenai kabel listrik ini, sebagai tambahan informasi dari tulisan sebelumnya. Sebenarnya ada satu faktor lagi yang harus diperhatikan dan kemungkinan besar cukup berpengaruh pada nilai aktual dari maksimum KHA kabel, yaitu faktor umur atau lifetime dari kabel itu sendiri. Terutama menyangkut kekuatan isolasi dari penghantar inti kabel. Hanya saja, terus terang penulis belum mendapatkan bahan yang memadai mengenai hal ini, terutama mengenai nilai eksak dari faktor koreksi karena lifetime.
Pada dasarnya kabel listrik pasti memiliki lifetime, yang panjangnya tergantung kualitas kabel itu sendiri, dimana kualitas juga selalu berhubungan dengan harga. Ada yang mengatakan jika lifetime kabel listrik berkisar antara 10 – 15 tahun. Nah, dalam rentang waktu penggunaan kabel, sampai melewati lifetime-nya, tentu nilai maksimum KHA akan menurun karena kekuatan isolasi inti penghantar pada kabel juga menurun.
Isolasi penghantar pada kabel yang sudah berumur, kemungkinan secara fisik bisa mengeras dan getas (tidak lentur lagi). Bila dalam kondisi ini kabel dibebani dengan arus listrik yang mendekati maksimum KHA-nya (yang nilainya mengacu pada nilai maksimum KHA kabel saat masih baru), maka potensi terjadinya kebocoran arus listrik pada kabel akan semakin besar.
Karena itu faktor kondisi dan kapasitas kabel listrik dari instalasi listrik rumah perlu diperhatikan saat anda ingin melakukan penambahan daya listrik PLN. Jika ragu-ragu, bisa meminta bantuan instalatir listrik yang kompeten untuk memastikan kondisi kabel ini.
Semoga penjelasannya bermanfaat.
Sumber

Perhitungan Tarif Listrik Prabayar

Sesuai dengan namanya, listrik prabayar mengharuskan kita membayar terlebih dahulu kWh listrik yang hendak  kita pakai. Caranya adalah dengan membeli pulsa listrik (token) dan mendapatkan kode token 16 digit yang nanti akan dimasukkan ke kWh-meter di rumah.
Bila kode tersebut diterima (accepted) oleh kWh-meter maka nilai kWh akan bertambah. Besarnya penambahan kWh tergantung pada berapa besar uang yang sudah kita bayarkan.
Skema ini mempunyai prinsip dasar, pelanggan yang menentukan berapa banyak kWh yang ingin dibeli.
Jadi sesuai dengan slogannya : “Kendali di tangan anda”. Bisa juga kita katakan bahwa skema ini sama persis dengan pulsa prabayar selular.
Hanya bedanya, kode pulsa prabayar selular dapat berlaku umum untuk semua nomor telepon pada provider yang sama. Sedangkan untuk kode pulsa prabayar listrik atau token hanya berlaku untuk satu kWh-meter saja (Karena itu saat membeli token listrik, nomor ID meter atau ID pelanggan harus disertakan).
Pertanyaan yang sering muncul adalah : bagaimana menghitung berapa kWh yang kita dapat saat membeli pulsa  listrik dengan nilai uang yang dibayarkan?


Sebenarnya uang yang kita bayarkan akan terbagi dalam 3 komponen perhitungan yaitu :
1. Biaya Admin Bank
    Besarnya biaya admin bank ini tergantung tempat dimana kita membeli pulsa listrik. Besarnya antara Rp.2000 s/d Rp.3500.
2. PPJ (Pajak Penerangan Jalan)
     PPJ ini ditentukan nilainya dalam prosentase. misalnya 3% dari total kWh yang dibayarkan. Besarnya PPJ berbeda di tiap daerah, karena ditentukan oleh pemerintah daerah masing-masing melalui perda yang dibuat.
Contoh :
    PPJ di DKI Jakarta untuk pelanggan rumah tangga adalah 3%, sedangkan di Kabupaten Bandung sebesar 6% dan Surabaya adalah 8%. Mengenai PPJ ini akan kami bahas dalam artikel tersendiri.
3. Tarif Listrik per-kWh.
Komponen ini mengacu kepada TDL (Tarif Dasar Listrik) atau TTL (Tarif Tenaga Listrik) yang ditetapkan    oleh pemerintah dan berlaku nasional.

Ketiga komponen itu jika ditotal akan sama dengan jumlah uang yang kita bayarkan.
**
Baiklah…kita langsung saja ke contoh perhitungannya.
Asumsikan  saja :
1. Domisili di DKI Jakarta, maka PPJ : 3%
2. Langganan listrik 1300 VA, maka berlaku tariff Rp.979/kWh.
3. Biaya admin bank sebesar Rp.2000.
4. Beli pulsa listrik sebesar Rp.100,000.
*Catatan : Pembelian diatas Rp.300,000 akan ada biaya materai sebesar Rp.3,000.
Tarif Dasar Listrik mengacu kepada Tarif yang sekarang berlaku.
Tarif Dasar Listrik 2013
Tarif Dasar Listrik 2013
Maka cara perhitungannya  adalah :
Total kWh = ((Uang yang dibayar – Admin Bank)/(1 + PPJ))/(Tarif per kWh)
Jadi Total kWh = ((100,000 – 2,000)/(1 + 0.03))/(979) = 97.19 kWh.
**
Bagaimana cara perhitungan ini didapatkan?
1. Rp.100,000 (uang yang kita bayarkan) – Rp.2000 (admin bank) = Rp. 98,000.
2. Nilai Rp.98.000 ini harus meliputi biaya PPJ dan Harga Total kWh.
Kita gunakan persamaan matematika sebagai berikut :
Harga Total kWh + (PPJ x Harga Total kWh) = 98,000 ;
Harga Total kWh = 98,000 / (1 + PPJ)
Dengan PPJ : 3% atau 0.03 maka :
Harga Total kWh = 98,000 / (1.03) =  95,145
Jadi kWh yang didapat = 95,145 / 928 = 97.19 kWh.
Kode token 16 digit yang didapatkan ketika dimasukkan ke kWh-meter akan menambah kWh sebesar 97.19 kWh.
**
Dengan langkah perhitungan yang sama dan harga beli yang sama (Rp.100,000) serta biaya admin bank Rp.2000 maka untuk daya 1300VA :
  1. Domisili Bandung dgn PPJ 6% akan mendapatkan 94.44 kWh.
  2. Domisili Surabaya dgn PPJ 8% akan mendapatkan 92.69 kWh.
**
Cara cepat untuk mengetahui berapa PPJ yang kita bayar adalah :
PPJ (%) = (Biaya PPJ / Harga Total Kwh) x 100%
**
Jika ada kenaikan tariff listrik, untuk pelanggan listrik prabayar bisa dikatakan bahwa kenaikan tarif listrik bukan berarti terjadi kenaikan harga beli, akan tetapi dengan harga beli yang sama jumlah kWh nya berkurang.
Semoga tulisan ini bermanfaat untuk anda.

PPJ (Pajak Penerangan Jalan)

PPJ atau Pajak Penerangan Jalan merupakan salah satu komponen dalam pembayaran tarif listrik. Setiap pelanggan PLN yang menggunakan / menikmati aliran listrik dikenakan PPJ yang besarnya bervariasi tergantung pada peraturan Pemda setempat. Karena itu pelanggan listrik di setiap kota atau daerah di Indonesia sebetulnya tidak sama dalam membayar PPJ ini.

Pengertian PPJ

Secara mudahnya yang dimaksudkan dengan Pajak Penerangan Jalan (PPJ) itu adalah : Pungutan Pajak yang dikenakan kepada pelanggan PLN sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Dasar hukum PPJ adalah : Peraturan Pemerintah (PP) No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah dan diikuti dengan peraturan daerah (Perda) dan Pemerintahan Daerah Setempat.

Penetapan Besarnya PPJ

Besarnya PPJ ditetapkan berdasarkan Kewenangan Pemda dan DPRD setempat. PPJ digunakan untuk pembiayaan pengembangan dan pembangunan daerah tersebut.

**
Salah satu contoh dalam penerapan PPJ ini adalah DKI Jakarta, yang menetapkan PPJ sebesar 3%, berdasarkan atas Perda 9/2003 yang sebagian kutipannya adalah sebagai berikut :

Pajak Penerangan Jalan (Perda 9/2003)

Tujuan

Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang kemudian ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah telah diatur kembali ketentuan tentang Pajak Penerangan Jalan;Sehubungan dengan hal tersebut dalam upaya menambah sumber-sumber pendapatan daerah, meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, partisipasi dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah serta melaksanakan pemungutan Pajak Penerangan Jalan di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, perlu ditetapkan kembali pengaturan Pajak Penerangan Jalan dengan Peraturan Daerah.

Deskripsi

Perda ini membuat aturan baru menggantikan perda no 10 Tahun 1996 dengan mengatur kembali : Nama, objek dan subjek pajak; Dasar pengenaan, tarif dan cara penghitungan pajak; Masa pajak dan saat terutang pajak; Ketentuan lain-lain; ketentuan peralihan.

Pokok Aturan (dikutip sesuai pasal terkait)

Pasal 5/1 : Dasar pengenaan Pajak Penerangan Jalan adalah nilai jual tenaga listrik.
Pasal 5/2 : Nilai jual tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan :
a. dalam hal tenaga listrik berasal dari PLN dengan pembayaran, nilai jual tenaga listrik adalah jumlah tagihan biaya beban ditambah dengan biaya pemakaian KWH yang ditetapkan dalam rekening listrik;
b. dalam hal tenaga listrik berasal dari bukan PLN dengan tidak dipungut bayaran, nilai jual tenaga listrik dihitung berdasarkan kapasitas tersedia, penggunaan listrik, atau taksiran penggunaan listrik, dan harga satuan listrik yang berlaku di wilayah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Pasal 6 : Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan sebagai berikut.
a. Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari PLN, untuk bukan industri sebesar 3 % (tiga persen).
b. Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari PLN, untuk industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam sebesar 8 % (delapan persen).
c. Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari bukan PLN, untuk bukan industri sebesar 3 % (tiga persen).
d. Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari bukan PLN, untuk industri sebesar 8 % (delapan persen).
Pasal 7 : Besarnya Pajak Penerangan Jalan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.

**
Contoh lainnya adalah di Pemkot Surabaya, yang menetapkan tariff PPJ untuk golongan rumah tangga sebesar 8%, yang kutipan beritanya  adalah sebagai berikut :

Pemkot Surabaya Tingkatkan Tarif PPJ Rumah Tangga

Sumber : antarajatim.com
Surabaya – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya meningkatkan tarif Pajak Penerangan Jalan (PPJ) untuk golongan rumah tangga per Agustus 2011 menjadi 8 persen dibandingkan kondisi normal 6 persen.
Deputi Manajer Komunikasi dan Bina Lingkungan PT PLN (Persero) Area Distribusi Jawa Timur, Arkad Matulu, menjelaskan, penerapan tersebut, sesuai dengan Surat Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Pemerintah Kota Surabaya Nomor 973/3002/436.6.13/2011 tentang Pemberitahuan Perubahan Tarif PPJ.
“Selain itu, diberlakukan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah,” katanya, ditanya terkait penerapan kenaikan tarif PPJ golongan rumah tangga, di Surabaya, Kamis.
Menurut dia, pajak penerangan jalan (PPJ) merupakan salah satu jenis pajak daerah yang menjadi salah satu sumber pendapatan asli daerah.
“Berdasarkan ketentuan pasal 1 angka (12) Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2001 tentang pajak daerah, yang dimaksud dengan penerangan jalan adalah penggunaan tenaga listrik untuk menerangi jalan umum yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah Daerah,” ujarnya.
Sementara, ungkap dia, pihak yang menjadi wajib pajak penerangan jalan berdasarkan ketentuan pasal 59 ayat (2) PP Nomor 65 tahun 2002 adalah orang pribadi atau badan yang menjadi pelanggan listrik dan / atau penggunaan tenaga listrik.
“Lalu, berdasarkan ketentuan pasal 59 ayat (3) dan (4) ketentuan serupa yaitu dalam hal tenaga listrik disediakan oleh PLN maka pemungutan Pajak Penerangan Jalan dilakukan oleh PLN,” katanya.
Bahkan, tambah dia, sasaran ketentuan pasal 3 Keputusan Menteri Dalam Negeri (Kemendagri) Nomor 10 tahun 2002 maka wajib PPJ adalah pelanggan.
“Untuk itu, kami imbau pelanggan wajib membayar PPJ yang terutang setiap bulan bersamaan dengan pelaksanaan pembayaran rekening listrik PLN,” katanya.
Terkait kedudukan PLN dalam kenaikan tarif PPJ golongan rumah tangga, lanjut dia, PLN merupakan pihak yang membantu Pemda untuk memungut PPJ.
“Kedudukan itu diperkuat oleh ketentuan pasal 4 Kepmendagri No. 10 tahun 2002 yakni PLN wajib menyetor hasil penerimaan PPJ ke kas daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah,” katanya.

**
Sedangkan Pemkab Bandung menetapkan tarif PPJ berdasarkan Perda Kabupaten Bandung No. 18/2009 dan Perbup No. 18/2010, tarif PPJ untuk pelanggan listrik PLN nonindustri ditetapkan sebesar enam persen, untuk industri kecil, menengah, dan industri sebesar 10 persen dari nilai rekening listrik.

**
Bagaimana dengan tarif PPJ di tempat tinggal anda? Anda bisa menghitungnya dengan cara :
PPJ (%) = (Biaya PPJ / Harga Total Kwh**) x 100%
**Harga Total kWh adalah harga kWh diluar biaya administrasi.

**
Semoga informasi ini bermanfaat untuk anda.

Perhitungan Listrik Paska Bayar

Secara prinsip, skema pembayaran penggunaan listrik untuk pelanggan paska bayar berbeda dengan prabayar. Jika pelanggan listrik prabayar diharuskan membeli dahulu jumlah kWh listrik untuk ditambahkan ke kWh-meter tetapi berapa banyak pembeliannya bisa ditentukan sendiri oleh pelanggan sesuai keinginan (bisa membeli listrik beberapa kali dalam sebulan). Sedangkan pelanggan listrik paska bayar baru membayar listrik setelah dipakai dalam sebulan dan kewajibannya adalah membayar sesuai besarnya tagihan (tidak bisa ditentukan sendiri apalagi dicicil). Kedua skema tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Setelah kita mengetahu bagaimana perhitungan biaya listrik untuk prabayar , maka bagaimana dengan perhitungan biaya listrik untuk paska bayar?

**
Komponen perhitungan biaya listrik sama dengan prabayar, yaitu terbagi dalam 3 komponen perhitungan yaitu :
1. Biaya Admin Bank
Besarnya biaya admin bank ini tergantung tempat dimana kita membeli pulsa listrik. Biasanya antara Rp.2000 s/d Rp.3500.
2. PPJ (Pajak Penerangan Jalan) atau PJU
PPJ atau PJU ini ditentukan nilainya berdasarkan prosentase yang ditetapkan. Misalnya 3% dari total kWh yang dibayarkan. Besarnya PPJ atau PJU berbeda di tiap daerah, karena ditentukan oleh pemerintah daerah masing-masing melalui perda yang dibuat.
Contoh :
PPJ atau PJU di DKI Jakarta untuk pelanggan rumah tangga adalah 3%, sedangkan di Kabupaten Bandung sebesar 6% dan Surabaya adalah 8%.
3. Tarif Listrik per-kWh.
Komponen ini mengacu kepada TDL (Tarif Dasar Listrik) atau TTL (Tarif Tenaga Listrik) yang ditetapkan oleh pemerintah dan berlaku nasional.

Tarif Dasar Listrik 2013
Tarif Dasar Listrik 2013

Total dari ketiga komponen itu adalah jumlah tagihan listrik yang harus kita bayarkan.
**
Cara perhitungan :
Selisih kwh antara Stand meter akhir (pembacaan meter yang terakhir oleh petugas) dikurangi stand meter sebelumnya.
Misalkan selisihnya adalah 100kWh

**
Untuk listrik 900VA :
Biaya Beban (BB) + Biaya Pemakaian (BP)

Biaya beban (Rp. 20.000 x kVA) = 20,000 x 0.9kVA (900VA) = 18,000

Biaya pemakaian :
Blok I (20 kWh pertama) x Rp.275 = Rp.5500
Blok II (40 kWh berikutnya) x Rp.445 = Rp.17,800
Blok III (diatas 60 kWh) x Rp. 495 = (100 – 60) x 495 = 19,800
Total Biaya pemakaian : Rp 43,100

BB + BP = Rp.61,100

Biaya lainnya :
PJU (3 – 10% tergantung peraturan kotamadya/kabupaten); DKI menerapkan 3%
PJU = 3% x Rp. 61,100 = Rp.1,833

Admin bank (antara 2000 – 3500); ambil rata2 Rp.2500

jadi total tagihan listrik : Rp.61,100 + Rp.1,833 + Rp.2500 = Rp.65,433

**
Untuk Listrik 1300VA :
1. Jika pemakaian dibawah 40 jam nyala maka berlaku rekening minimum (RM).
RM : 40 x daya tersambung (kVA) x Biaya Pemakaian (Rp.979/kWh)
Jam nyala : kWh perbulan dibagi dengan kVA tersambung.

2. Jika pemakaian melebihi 40 jam nyala maka berlaku perhitungan Biaya Pemakaian Rp.928/kWh

Misal jumlah kWh perbulan 100 kWh maka :
Jumlah jam nyala : 100 / 1.3kVA (1300VA/1000) = 76.92 jam
Oleh karena melebihi 40 jam,  maka berlaku cara perhitungan no.2 yaitu :
Biaya Pemakaian : Rp.979 x 100 = Rp.97,900

Untuk biaya lainnya, komponen dan cara perhitungannya sama dengan yang 900VA, dengan catatan prosentase PJU bervariasi untuk tiap daerah.

**
Semoga artikel ini mencerahkan dan bermanfaat bagi anda.

Apa dampaknya bila mesin pompa air sering start stop dalam interval yang singkat?


Mesin Pompa Air
Mesin pompa air sebagai bagian dari peralatan listrik rumah
Mesin pompa air adalah salah satu peralatan listrik yang cukup vital di banyak perumahan. Kerusakan pada unit ini akan mengakibatkan terganggunya pasokan air dari dalam tanah, dan tentu akan sangat mengganggu kegiatan harian di rumah. Sehingga berangkat dari fakta inilah kita sebaiknya memperhatikan aspek pengoperasian dari mesin pompa air ini.
Tulisan ini tidak membahas mengenai detail pemasangan instalasi pompa air beserta bagian pemipaannya. Tapi pembahasannya akan lebih menelaah pada aspek operasi dari mesin pompa air dilihat dari sudut kelistrikannya.

Bagian-bagian Mesin Pompa Air dan Fungsi Kerjanya

Secara umum, diluar instalasi pipa, mesin pompa air terdiri dari dari 3 bagian besar yaitu :
1. Motor listrik (lazim kita sebut dengan dinamo)
2. Pompa air dan tabung akumulator.
3. Aksesoris yang biasanya terpasang : pressure switch (kita biasa menyebutnya “otomatis”) dan motor thermal protector (terpasang di dalam motor listriknya).
Motor listrik berfungsi sebagai penggerak pompa air, dimana motor listrik ini mengubah energi listrik menjadi energi gerak / putar. Antara motor listrik dan pompa air dihubungkan oleh satu shaft. Pompa air mempunyai bagian yang disebut impeller yang juga ikut berputar, sedemikian sehingga air terhisap dari sumbernya melalui pipa masuk (suction) dan kemudian didorong keluar dengan tekanan tertentu melalui pipa keluar (discharge). Sebelum air keluar di pipa discharge, maka air itu melewati dulu sebuah tabung yang berfungsi sebagai akumulator. Cara kerja akumulator ini adalah menyimpan air pada saat tekanan pompa tinggi dan mengeluarkan air saat tekanannya turun. Ada beberapa mesin pompa air yang tidak menggunakan tabung ini.
Sedangkan aksesoris seperti pressure switch (atau “otomatis”) berfungsi sebagai sensor tekanan air. Pressure switch ini memberi perintah kapan mesin pompa air harus stop dan kapan mesin harus start, tergantung dari tekanan air yang diterima sensornya. Dan thermal protector motor berfungsi sebagai system proteksi motor listrik untuk menghindari kerusakan kawat lilitan motor listrik karena panas yang berlebihan. Thermal protector ini biasanya menggunakan bimetal yang bekerja dengan berdasarkan panas pada lilitan tersebut. Bila panas dirasakan berlebihan maka thermal protector  akan bekerja memutuskan arus pada motor tersebut.

 

Cara kerja mesin pompa air

Kita asumsikan suatu instalasi air menggunakan mesin pompa air dengan instalasi pipa yang langsung menuju keran air. Saat keran dibuka, maka air keluar karena masih ada tekanan sisa di dalam pipa dan juga dalam akumulator. Seiring kuantitas air yang keluar maka tekanan tersebut akan turun dan dirasakan oleh pressure switch. Pada akhirnya kontak arus listrik dari pressure switch akan bekerja dan membuat motor start dan pompa air berputar sehingga air tanah dihisap dan dikeluarkan dengan tekanan tertentu. Saat keran ditutup, maka mesin pompa air tidak langsung stop seketika karena air tersebut terkumpul dalam pipa hingga akumulator, hingga mencapai tekanan tertentu yang membuat pressure switch bekerja memutus arus listrik ke motor listrik dan mesin pompa air akhirnya stop.

Hal yang perlu dihindari dalam pengoperasian Mesin Pompa Air

Dengan cara kerja seperti ini, hal yang perlu dihindari adalah bukaan keran yang kecil. Apalagi jika system instalasi airnya tidak menggunakan penampung air (tandon / toren).
Mengapa?
Karena berakibat mesin pompa air akan sering start dan stop dalam interval pendek. Siapapun tentu tahu, bahwa bukaan keran yang kecil akan membuat aliran air menjadi kecil. Tetapi mesin pompa air tetap mengeluarkan air dalam jumlah sama, sehingga tekanan dalam pipa dan tabung akumulator akan naik. Akhirnya pressure switch akan bekerja memutus arus listrik ke motor pompa sehingga stop.
Karena aliran air yang kecil pada keran tadi terus mengalir, maka dalam waktu singkat tekanan air dalam pipa dan akumulator kembali turun sampai pressure switch kembali membuat motor listrik start dan pompa berputar kembali. Begitu seterusnya berulang-ulang hingga keran air ditutup sepenuhnya atau dibuka sepenuhnya.
Sistem pengoperasian seperti ini bisa boros listrik dan juga umur dari motor listrik akan lebih pendek.
Mengapa lagi nih? Yuk…kita telaah bareng-bareng…
Hampir semua mesin pompa air menggunakan motor listrik jenis motor induksi. Apa sih motor induksi itu?
Oke..disini kita akan sedikit menyentuh sisi teori dari listrik ini untuk membantu pemahaman.
Kita lihat contohnya dulu deh.
Salah satu contoh adalah kipas angin. Nah…bisa dilihat kan penampakannya. Motor induksi adalah suatu mesin listrik yang bekerja berdasarkan hukum induksi. Secara singkat, ada dua bagian besar dalam motor induksi, yaitu stator dan rotor. Dua-duanya berbentuk kumparan atau gulungan kawat listrik. Kumparan stator merupakan kumparan yang diam (asal kata : statis) dan kumparan rotor merupakan kumparan yang berputar (asal kata : rotasi).
Cobalah perhatikan kipas angin tadi, dimana kalo kita intip sedikit maka akan terlihat gulungan kawat listrik yang diam. Itulah kumparan stator. Sedangkan bila ingin melihat kumparan rotornya maka perlu kita bongkar dulu kipas angin itu.

 

Karakteristik Start Motor Induksi

Motor induksi mempunyai karakteristik dengan start awal yang memerlukan arus listrik yang cukup besar, lebih besar dari arus nominalnya. Besarannya antara 3 – 6 kali arus nominal, tergantung dari karakteristik motornya. Contohnya, mesin pompa air 250 Watt (biasanya jenis jet pump atau semi jet pump) akan mempunyai arus nominal sebesar 250W / 220V = 1.14A (Agar memudahkan. unsur faktor daya tidak kita masukan). Maka saat start, mesin pompa air akan memerlukan arus listrik antara 3.42A – 6.84A selama kurang lebih antara 0.2 – 0.4 detik.
Cukup singkat memang..tetapi coba perhatikan beberapa efek yang bisa berpengaruh :
1. Bila daya listrik langganan PLN  di rumah hanya sebesar 900VA atau 1300VA dan saat itu sedang banyak pemakaian, maka potensi terjadinya MCB trip (atau sering disebut “listrik anjlok”) di MCB Box atau kWh meter sangat besar.
2. Bila frekuensi start-stop mesin air sangat sering dalam rentang yang pendek, misal 10 kali dalam 3 menit, maka total energi listrik yang diserap saat start-stop mesin pompa air akan lumayan besar. Apalagi jika mesin pompa air-nya sudah berumur.
3. Arus start yang cukup besar dan berulang-ulang dalam waktu singkat tadi akan menimbulkan panas yang cukup tinggi pada gulungan kawat motor tadi. Hal ini tidak menjadi masalah jika motor terus hidup / berputar sehingga ada cukup pendinginan yang didorong dari kipas motor. Tapi jika start-stop dalam interval singkat tentu panas yang timbul karena arus start tadi belum sempat turun dan kemudian motor stop, kemudian start lagi, sehingga panasnya akan terakumulasi. Jika panasnya berlebih maka thermal protector akan bekerja dan untuk beberapa waktu motor tidak bisa start. Memang kejadian seperti ini tidak sampai merusak motor listrik, tapi dengan panas yang diatas rata-rata tentu akan mempengaruhi isolasi dari kawat gulungannya.
Motor-motor listrik yang digunakan dalam peralatan listrik rumah adalah motor listrik satu phase. Design motor listrik untuk peralatan-peralatan tersebut saat ini sudah sedemikian rupa sehingga bisa mereduksi arus start motor agar lebih rendah, tetapi tetap saja akan lebih besar dari arus nominalnya.
Grafik berikut cukup representatif dalam  menjelaskan fenomena ini :
Well Pump Characteristic
Karakteristrik arus start dari sebuah motor pompa
Dalam grafik tersebut, suatu pompa yang mempunyai tegangan suplai 240V dan arus nominal 6A akan memerlukan waktu akselerasi start sebesar 0.2 detik dan arus start sebesar lebih dari 18A (lebih dari 3 kali arus nominalnya).
Karakteristik start motor tersebut akan berbeda dengan motor lain tergantung dari kondisi motor listrik, desain, torsi beban dan juga umurnya.

Penutup

Nah..mudah-mudahan penjelasan diatas bisa dipahami dengan lebih mudah. Oleh karena itu mengapa banyak yang menyarankan penggunaan tandon / toren air sebagai tempat penampungan air. Karena selain faktor ketersediaan cadangan air yang siap digunakan, terutama saat terjadi pemadaman listrik PLN atau mesin pompa air bermasalah, juga dapat menjaga keawetan mesin pompa air tersebut dan juga bisa lebih hemat listrik. Tapi jika anda belum bisa menyediakan  toren air, maka usahakan air ditampung dalam bak air agar tidak sering buka tutup keran air.

Cara Kerja Kontrol Level Tangki Air

Model Pengaturan Level Air

Ada dua model kontrol level yang banyak digunakan. Yang pertama adalah menggunakan ball-floater dan yang kedua menggunakan level switch.
Model Bola Pelampung
Kontrol Level Model Ball-Floater
Model ball-floater berbentuk bola pelampung yang mengatur buka-tutup air sesuai dengan level air dalam toren. Sistem ini murni mekanis. Saat level air dalam toren turun mencapai level low dari ball-floater, maka alat ini secara mekanis akan membuka aliran air untuk pengisian. Bila level air sudah mencapai level high dari ball-floater, maka aliran air akan ditutup secara mekanis juga. Jadi sistem kerjanya adalah keran yang bisa buka-tutup secara otomatis. Kelemahan model ini adalah mudah bocor pada bagian keran tersebut, karena dia juga harus bisa menahan tekanan air dalam pipa yang keluar dari mesin pompa air.
Model ball-floater tidak berhubungan langsung dengan mesin pompa air. Start-stop mesin pompa air terjadi karena faktor tekanan air dalam pipa yang sudah cukup tinggi disebabkan aliran air ditutup oleh keran ball-floater.
Level Control Switch
Tangki Air dengan Level Control Switch
Sedangkan model Level Switch menggunakan kontak relay yang bersifat elektrik, dan ada juga yang menyebutnya liquid level relay. Nama yang lebih familiar di beberapa tempat untuk model ini adalah “Radar”. Sebetulnya ini adalah nama merk. Jadi seperti kita menyebut “Kodak” untuk kamera atau “Odol” untuk pasta gigi.
Hampir mirip dengan model ball-floater, hanya saja bola pelampungnya diganti dengan 2 buah “sinker” (pemberat) yang dipasang menggantung dalam satu tali. Kemudian sistem pengaturannya menggunakan kontak relay yang dihubungkan dengan mesin pompa air melalui kabel listrik. Saat level air di toren rendah maka mesin air akan start dan kemudian stop bila levelnya sudah tinggi, sesuai dengan setting posisi dari dua buah sinker tersebut. Sistem ini relatif lebih handal dalam menghindari kebocoran seperti pada model ball-floater, karena mesin pompa air bisa dimatikan secara langsung. Untuk lebih jelasnya mengenai model ini, silahkan dilanjut.

Cara kerja Level Control Switch

Level Control Switch
Seperti gambar ini, sistem level switch mempunyai cara kerja yang cukup sederhana. Saat air mencapai setengah dari pemberat yang bawah (level low) maka dua pemberat (sinker) akan menggantung dimana total beratnya akan mampu menarik switch yang ada pada switch body di bagian atas. Switch yang tertarik pemberat akan membuat kontak relay menjadi close dan arus listrik akan mengalir melalui kabel ke mesin pompa air yang kemudian start dan mengisi air ke dalam toren hingga mencapai level high.
Saat air mendekati level high, maka pemberat bagian bawah akan mengambang dan saat level air mencapai setengah dari pemberat bagian atas maka level switch akan kembali ke posisi awal (dengan bantuan pegas yang ada dalam switch body) sehingga kontak relay akan menjadi open dan arus listrik terputus sehingga mesin pompa air stop secara otomatis.
Batas level high dan level low dalam toren ini dapat di-setting sesuai keinginan, dengan mengatur ketinggian dari dua pemberat ini. Cukup dengan mengatur panjang talinya dan kemudian dikencangkan kembali ikatannya.
Jika setting level low-nya dinaikkan (pemberat bagian bawah posisnya lebih naik), maka volume air dalam toren akan masih tersisa banyak sesaat sebelum air diisikan kembali. Begitu pula jika setting level high-nya dinaikkan (dengan menaikkan lagi posisi pemberat bagian atas), maka volume air akan bisa mendekati maksimum kapasitas yang bisa ditampung dalam toren sesaat setelah mesin air dimatikan.
Hanya perlu diperhatikan, bila jarak antara kedua pemberat sangat pendek (sehingga jarak level low dan high berdekatan) maka akibatnya interval pengisian air akan lebih singkat sehingga mesin pompa air akan semakin sering start-stop. Apalagi jika toren yang digunakan memiliki kapasitas kecil, misalnya 250 liter. Ingat, start mesin pompa air akan menyerap daya listrik yang cukup besar. (lihat artikel : “Apa dampaknya bila mesin pompa air sering start stop dalam interval yang singkat?”). Karena itu setting pemberat ini lebih disesuaikan pada kebutuhan dengan pertimbangan aspek volume cadangan air dalam toren dan penghematan daya listrik.

Bagian-bagian Level Control Switch


Bagian Level Control Switch
Bagian-bagian dari Level Control Switch

Gambar diatas diambil dari manual sheet Liquid Level Relay merk “Radar” (hanya sebagai contoh saja). Sedangkan pada umumnya untuk merk lain juga mempunyai bagian-bagian yang sama.
Bagian yang terpasang di sebelah dalam toren adalah dua buah sinker dan L shape bracket. Sedangkan switch body dan water proof cover dipasang pada bagian luar. Perlu diperhatikan pemasangan water proof cover ini harus benar-benar baik, karena letaknya yang ada dibagian luar akan terkena panas dan hujan (toren biasanya dipasang diluar), sedangkan di dalamnya terdapat terminal kabel listrik dari kontak relay.
Pada switch body, terdapat dua pasang terminal untuk kabel listrik yaitu terminal A1-A2 dan B1-B2. Dua pasang terminal ini merupakan dua macam kontak relay yang mempunyai fungsi berkebalikan. Untuk keperluan yang paling umum gunakan terminal A1-A2, karena fungsi ini yang sesuai dengan cara kerja level switch seperti dijelaskan pada bagian sebelumnya. Selain itu pihak pabrik pembuat biasanya mempermudah konsumen dengan memberikan tanda dengan hanya memasang 2 buah baut saja pada terminal A1-A2.
Penjelasan mengenai dua pasang terminal ini adalah sebagai berikut :
Kontak Relay Level Control Switch
Dua Macam Kontak Relay Level Control Switch
Pada saat air mencapai level low, maka dua pemberat tadi akan menarik level switch kearah bawah dan kontak relay A1-A2 akan terhubung, sedangkan kontak relay B1-B2 akan terputus. Karena itu listrik akan mengalir dan mesin pompa air akan start.
Saat air mencapai level high, maka dua pemberat tadi akan mulai mengambang dan level switch akan kembali ke posisi semula dengan bantuan pegas. Akibatnya kontak relay A1-A2 akan terputus dan sebaliknya kontak relay B1-B2 akan terhubung. Sehingga aliran listrik akan terputus dan mesin pompa air akan mati.
Ini sifatnya nice to know saja, di dunia instrumentasi, kontak A1-A2 dinamakan Normally Open (NO) dan kontak B1-B2 dinamakan Normally Close (NC). Kalau mau lebih jelas bisa bertanya kepada bro Teknisi Instrument yang memang pakarnya mengenai kontak NO dan NC ini.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...